Senin, 30 Desember 2019

18 Daftar Permainan Tradisional Khas Jambi

Jambi yaitu sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatra. Jambi adalah nama provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berjulukan sama dengan provinsi. Seiring berjalannya waktu, banyak permainan tradisional yang kini dilupakan orang. Nilai seni dan budaya Indonesia yang teramat bermacam-macam sekarang secara perlahan-lahan mulai terkikis dengan pola hidup dan perilaku acuh terhadap permainan tradisional. Minimnya wawasan akan permainan tak dimungkiri menjadi alasannya para generasi muda tak lagi mengenal budaya yang dimiliki. Untuk lebih mengakrabkan permainan tradisional Jambi, berikut ini kami suguhkan beberapa permainan tradisional dari  provinsi Jambi lengkap dengan peralatan dan cara bermainnya. Daftar Isi : Adang-Adangan Adu Sijontu Bedil Bambu Bedil Buluh Buntang Kaleng Cari-Carian Damak Dam daman Daro Enggrang Gasingan Gunung Kak Lele Kerang Taji Tejek-Tejekan Umban Tali Yeye 1. Adang-Adangan Sumber :  ) 6. Cari-Carian Cari-carian yaitu permainan yang berasal dari Kabupaten Sarolangun Bangko (Sarko), Kabupaten Bungo Tebu, dan Kabupaten Batanghari. Permainan ini di sebut cari-carian alasannya masing-masing kelompok bertugas untuk mencari sobat, saling bergantian antara yang satu dengan yang yang lain, yang satu menyuruk (bersembunyi) dan yang satu lagi mencari. Peraturan pada permainan Cari-carian : Harus bergerak sesuai dengan kawasan yang telah diputuskan batas-batasnya. Dilarang bersembunyi pada kawasan ibadah dan kawasan yang kotor. Tidak boleh bersembunyi pada pohon yang sedang berbuah dan yang dimakan manusia. Diberi peluang untuk bersembunyi selama 5 menit dan untuk kalangan yang mencari musuh selama 15 menit. Jika dalam waktu yang ditentukan tidak berhasil maka kalangan tersebut dinyatakan kalah dan diulang kembali permainannya. Jika melanggar peraturan permainan maka akan menerima hukuman : Jika selaku pencari, maka yang bersangkutan mesti mengulang sekali lagi. Jika selaku yang bersembunyi maka harus beralih sebagai si pencari. (Sumber : Wikipedia ) 7. Damak Damak ialah permainan melempar anak panah yang kecil ke sasaran berbentukpapan khususyang dipasangkan pada dinding. Damak yaitu sebuah jarum dari kawat yang diruncingi dengan panjang kira-kira 10 cm, pangkalnya dibalut dengan bulu ayam dan diikat dengan karet atau benang supaya besar lengan berkuasa, dan bentuknya ibarat kerucut. Permainan damak ini diketahui di daerah Tanjung Jabung, Batanghari, dan Bungo Tebo. Permainan ini biasanya dikerjakan pada waktu animo buah-buahan adalah duku, manggis, rambutan, dan buah-buahan hutan yang sedang masak. Permainan ini diselenggarakan dengan maksud untuk menghalau binatang biar tidak mengkonsumsi buah-buahan tersebut. Biasanya hewan yang menyantap buah-buahan tersebut yaitu keluang sebangsa binatang burung buas. Binatang ini biasanya tidur di waktu siang di atas pohon kayu atau di rumah-rumah/bangunan dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas dan waktu malam mencari makan. Kalau dilihat dari sifatnya, keluang ini mirip kelelawar yang berukuran besar. Jumlah pemain damak ini dua orang berusia antara 9 tahun – 15 tahun dan dimainkan khusus laki-laki saja. Untuk memilih siapa yang membidik lebih dahulu diadakan sut. Pemain cuma boleh membidik satu kali saja, andaikata bidikannya tidak mengenai target mempunyai arti ia kalah, maka eksekusi bagi yang kalah ialah mendukung yang menang di atas bahunya dengan berlari-lari kecil sejauh 100 meter pulang pergi diiringi sorak-sorai penonton. 8. Dam daman Dam daman atau Damdas ialah jenis permainan tradisional yang bisa dimainkan oleh dua orang pemain. Permainan ini dimainkan diatas papan yang memiliki acuan papan khusus. Untuk menciptakan permainan ini caranya memang sangat praktis dan mudah. Anda cuma membutuhkan alat tulis untuk menciptakan garis dan juga alas untuk lapangan bermain. Adapun garis yang dipakai untuk memainkan permainan ini yakni dengan bentuk segi empat. Kemudian dalam segi empat tersebut terdapat garis kecil segitiga dan 32 persegi. Sebenarnya dam daman ini nyaris serupa dengan permainan catur. Sebab tiap pemain harus bergantian untuk melakukan pion mereka. Nah, disini anda cuma bisa makan atau disantap saja. Ada 2 jenis permainan ini yang perlu anda ketahui, diantaranya yakni dengan memakai tiga watu dan dengan 16 kerikil. Untuk nama jenis permainan dam daman ini diadaptasi dengan jumlah watu yang dipakai. Untuk cara bermain serta jenis papan yang dipakai juga berbeda-beda untuk tiap jenis permainannya. Saat permainan dimulai, seluruh pion yang ada bisa digerakkan baik itu maju, mundur, menyerong maupun menyamping. Pemain mampu memakan pion musuh dengan cara memindahkan pion melewati pion lawan ke arah depan, pinggir, dan serong. Pemaian yang pionnya habis duluan adalah yang kalah. 9. Daro Daro yaitu permainan rakyat dari Jambi yang cuma terdapat di kabupaten Sarolangun Bangko dan tidak ditemui di kabupaten lain dalam Provinsi Jambi. Permainan ini biasa dimainkan pada ketika perkawinan, menanjak padi, dan pada dikala keramaian lainnya. Permainan ini dapat dilaksanakan oleh semua kelompok masyarakat tanpa memerlukan persyaratan khusus. Permainan ini bisa dijalankan oleh 2 orang yang berusia antara 8 sampai 15 tahun dan umumnya dimainkan antara jam 08.00 sampai 17.30 waktu setempat. Permainan ini biasanya dilaksanakan di halaman rumah, lapangan, atau ruang terbuka yang lain. Peralatan yang digunakan ialah dua buah sayak (Tempurung). Sayak sudah ditembuk (dilubangi) dengan antan (alu) agar sayak mampu berputar ketika permainan berjalan. Aturan bermaian - Permainan diundi dengan jalan syut untuk memilih siapa yang harus membidik dan yang mesti memasang. Yang menang berhak membidik dulu sementara yang kalah mesti memasang terlebih dahulu. Setelah diundi, pemain menentukan jarak antara pembidik dan pemasang. Biasanya antara 5-7 meter serta pemain memilih berapa kali permainan akan dikerjakan. Siapapun yang kalah harus mendukung pemain yang menang sejauh 100 meter pulang-pergi. Skor bertambah apabila pembidik dapat membidik sayak pemasang, masing-masing bidikan yang menang dijumlah sebagai 1 poin. Cara bermain - Pemain bangkit tegak dengan sayak di antara kedia tumit mereka dengan jarak 5-7 meter. Posisi sayak dalam keadaan terlentang. Pembidik memutar sayak dengan tumit kanannya kemudian melakukan tembakan ke arah sayak pemasang yang berada di kedua tumitnya. Apabila sayak yang ditembakkan oleh Pembidik tentang sayak si pemasang dan terlepas dari kakinya maka pembidik dianggap menang. Pembidik akan terus melaksanakan tembakan hingga pembidik kalah. Apabila pembidik kalah, maka pemain bertukar peran. 10. Enggrang Enggrang/Engrang/Sitinjak/Kaki Angau ialah permaianan belum dewasa yang menggunakan galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar mampu bangun dalam jarak tertentu di atas tanah. Cara memainkan : Kedua kaki menginjak titian yang terdapat pada masing masing bambu, kemudian langsung dibgunakan untuk berjalan. Enggrang dibentuk dari dua batang kayu atau bambu yang panjangnya masing-masing sekitar dua meter. Kemudian sekitar 50cm dari bantalan bambu/kayu tersebut dilubangi lalu dimasukkan bambu dengan ukuran 20-30cm atau dipakukan kayu  yang berfungsi sebagai pijakan kaki. Permainan ini membutuhkan fokus yang tinggi. Untuk itu dibutuhkan kehati-hatian supaya tidak terjatuh. 11. Gasingan Gasingan atau Gasing yaitu nama suatu permainan yang dikenal oleh penduduk Jambi, Bengkulu, Sumatra Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan Riau. Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung menamainya pukang, warga Kalimantan Timur menyebutnya begasing, sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di Nusa Tenggara Barat dinamai Maggasing. Dan penduduk Bugis di Sulawesi Selatan mengenalnya dengan nama maggasing atau aggasing. Gasing yaitu mainan yang mampu berputar pada poros dan berkesetimbangan pada sebuah titik. Alat yang dipakai untuk bermain Gasingan ialah tali dan kayu yang dibentuk. Cara memainkannya yaitu dengan dipukul memakai teknik tertentu sehingga mampu berputar di atas suatu landasan. Sebelum permainan dimulai, maka dilakukan undian untuk memilih kelasi, orang kedua, orang ketiga dan seterusnya dan seorang raja. Kelasi yaitu seorang yang kalah dalam undian dan senantiasa memasang apalagi dahulu untuk ditingkah oleh seorang yang berada ditingkat atasnya. Raja ialah seorang yang menang dalam undian, ia selalu terletak ditingkat atasnya. Sedangkan tingkah ialah melempar gasing yang di bawah. Undian dikerjakan dengan cara bahu-membahu memutar gasing. Gasing yang cepat mati mempunyai arti menjadi kelasi, dan gasing yang terkahir mati menjadi raja. 12. Gunung Permainan Gunung adalah nama suatu permainan yang dikenal oleh penduduk Jambi. Di Jember Jawa Timur disebut dengan Dakon, dan di kawasan lain disebut congklak atau Congkak. Permainan gunung adalah permainan dimana persertanya dua orang dan alat yang digunkan adalah pap yang sudah dilobangi dan kerikil sebanyak 72 buah cara bermain dimana dua oarng yang bermain apalagi dulu sut yang menang apalagi dulu bermain dengan mendistribusikan kelobang lubang, jikalau batu terakhir jatuh pada lubang yang kosong maka pemain pertama dinyatakan mati dan dilanjutkan pada pemain kedua. Untuk penentuan pemenangnya adalah lubang gunung yang terisih paling banyak maka dialah yang keluar sebagai pemenang. 13. Kak Lele Kak Lele adalah Permainan yang berisikan dua kata. Istilah kak dalam bahasa Melayu Jambi bermakna kakak atau kakak dan lele bararti ceroboh. Kedua kata ini mempunyai arti antara adik dan abang yang teledor. hal ini disebabkan permainan ini menggunakan dua potong kayu yang suma besar namun berbeda panjangnya, seperti beradik kakak. Perminan ini terdapat dan berkembang di kawasan Tingkat II Kabupaten Batanghari, Bungo Tebo, Sarolangun Bngko, Kerinci dan Kotamadya Jambi. Permainan ini dikerjakan oleh anak pria yang berumur sekitar 7 - 14 tahun dengan penerima sekurang-kurangnyadua orang dan optimal tidak terbatas. Namun kalau akseptor lebih dari sepuluh orang dibagi dalam dua kalangan yang dipimpin oleh ketua golongan masing-masing. Pelaksanaannya di halaman yang luas ataupun di jalan kampung. Peralatan yang dipakai kayu berukuran kira-kira sebesar jempol kaki atau rotan dengan panjang 45 cm yang disebut induk lele dan yang kecil berukuran panjang 20 cm yang disebut anak lele. Selain itu suatu lobang berukuran panjang 25 cm dengan kedalaman 10-cm. Sebelum permainan dimulai maka diadakan negosiasi, hukum permainan, yaitu Jika lawan dapat menangkap anak lele, maka mendapat nilai. Berapa jumlah nilai hingga permainan selesai Untuk memilih siapa yang lebih dahulu mengawali permainan, maka dijalankan undian dengan jalan sut. Peserta yang menang sut adalah yang mengawali permainan dan yang kalah menjadi penjaga. Cara memainkan kak lele ini seorang pemain berjongkok menghadap lobang yang sudah diisi anak lele dan menghantam atau mencuatkannya dengan induk lele. Sedangkan penjaga berusaha menangkap anak lele tersebut sebelum menyentuh tanah. Adapun cara memainkan ada tiga tahap, yaitu: Tahap pertama : anak lele ditaruh di atas lobang dan pemain memegang induk lele dan mengaisnya dengan sekuat. tenaga biar anak lele terlempar sejauh mungkin. Pada saat anak lele terlempar, maka penjaga menapat nilai sesuai komitmen. Selanjutnya penjaga melempar kembali anak lele diarahkan ke lobang yang diatasnya ditaruh induk lele. Apabila lemparanmengenai induk lele, maka penjaga berganti menjadi pemain. Kalau lemparan tidak kena sasaran maka dilanjutkan permainan tahap kedua. Tahap kedua : anak lele dilambungkan dan pada saat anak lele melambung di udara, maka pemain berupaya memukulnya menggunakan induk lele dengan sekuat tenaga agar dapat terlempar jauh. Sedangkan penjaga berusaha menangkapnya sebelum menjamah tanah. Jika penjaga mampu menangkap maka akan menerima nilai, kemudian penjaga melempar anak lele ke arah lobang sedangkan pemain menanti dengan memegang induk lele siap untuk memukulnya dan berusaha semoga anak lele terlempar jauh.  Selanjutnya dijalankan pengukuran dari jatuhnya anak lele tadi sampai ke lobang dengan memakai induk lele selaku perkiraan nilai. Jika anak lele tadi tidak berhasil dipukul maka berubah pemain. Tahap ketiga : anak lele ditaruh dalam lobang dengan posisi miring (ujung masuk kedalam lobang dan ujung satunya keluar ke permukaan tanah). Kemudian pemain memukul ujung anak lele yang keluar ke permukaan tadi dengan memakai induk lele. Pada ketika anak lele mengangkasa, pemain dengan sekuat tenaga berusaha memukulnya supaya terlempar jauh. Jika Pukulan perihal target lebih dari dua kali maka nilai bertambah. Kalau anak lele tidak sukses ditangkap oleh penjaga, maka dikerjakan pengukuran. Pengukuran pada tahap ketiga ini bukan lagi menggunakan induk lele namun pengukuran menggunakan anak lele, sehingga pengumpulan nilai mampu lebih banyak lagi.  Apabila pukulan tersebut tertangkap oleh penjaga, permainan dianggap mati. (sumber: E-book Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat di Daerah Jambi. Zulita, Dra. Eva. 2013. Jambi.) 14. Kerang Permainan Kerang yakni permainan yang memakai kulit kerang. Permainan tersebar di daerah Tanjung Jabung (Kuala Tungkal) dan kotamadya Jambi. Permainan ini biasanya dikerjakan diatas lantai rumah yang higienis oleh anak wanita berusia 7 -13 tahun dengan jumlah pemain 2-5 atau lebih yang dijalankan sendiri-sendiri atau berkonsi (berkelompok). Kulit kerang yang digunakan dalam permainan ini berjumlah enam buah, namun kadang-kadang 12 atau 18, asal dalam jumlah kelipatan enam. Selain itu alat yang dipergunakan untuk mengambil kulit kerang (kuju) yaitu bola kasti. Untuk memilih siapa yang menang, maka diadakan dengan undian engan jalan sut, siapa yang menang akan mengawali permainanterlebih dahulu. Permainan dimulai dengan melambungkan bola kasti keatas kira-kira 40.cm sambil menyebar kulit kerang. Kemudian memungut kulit kerang satu demi satu, dilaksanakan lagi pemungutan nya dua-dua buah, lalu tiga-tiga buah dan seterusnya yang terakhir sekaligus enam. Seandainya hal ini berhasil dilaksanakan oleh seorang. pemain, maka dilanjutkan menambur kembali enam buah kulit kerang, tadi untuk melakukan Pemutihan. Pemutihan ialah membalikkan. kulit kerang yang berwama putih. Setelah kulit kerang menjadi putih semua lalu dipungut satu persatu, lalu lagi untuk di pungut kembali kedua-dua, begitu seterusnya sampai terakhir memungut enam buah sekaligus. Setelah tamat pemutihan, dilakukan penghitaman yakni membalikkan kulit kerang yang berwarna hitam, Caranya mirip melakukan pemutihan, Sesudah pemutihan dan penghitaman tamat, maka dijalankan expert. Expert ialah menaburkan kembali kulit kerang tersebut, kemudian dikerjakan pemutihan, kemudian penghitaman dan terakhir pemutihan dulu kemabli pada dikala melakukan expert yang perlu dikenang setiap kali akan dilakukkan dan penghitaman mesti ditaburkan apalagi dulu kulit kerang tersebut. Di samping itu expert harus dikerjakan secara hati-hati dan teliti, alasannya jikalau tidak berhasil satu insiden dilakukan bararti kegagalan dan harus diulang kembali pada giliran berikutnya. Setelah melakukan expert, berikutnya pemain melakukan menyinggam. Menyinggam yakni meletakan enam buah kulit kerang keatas telapak tangan, lalu dibalikkan kepunggung tangan dan terakhir disinggam dengan jalan mengambil kembali ke dalam telapak tangan. Berapa yang mampu kulit kerang ketika menyinggam inilah kejadian yang menentukan. Jika yang dapat lebih dari empat buah mempunyai arti menang dan sebaliknya jika yang dapatkurang dari empat buah bermakna gagal dan harus mengulang kembali pada giliran berikutnya. ( sumber: E-book Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat di Daerah Jambi. Zulita, Dra. Eva. 2013. Jambi. ) 15. Taji Permainan tradisional taji berasal dari tempat Kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun, Merangin, dan Batanghari. Pemainnya anak laki-laki berumur 7-15 tahun dengan jumlah sekurang-kurangnyadua orang. Alat yang dipergunakan yaitu biji duren yang diberi semacam taji (senjata) yang terbuat dari lempengan baja berbentuk karakter S dan Z. Permainan ini dimulai dengan melakukan pasangan taji dengan cara melobangi biji duren untuk memasukkan tali. Kemudian taji bab puting ditusukkan pada biji duren sehingga mata taji berada di atas. Selanjutnya diadakan suit untuk memilih siapa pemasang taji dan siapa yang mau menaji. Siapa yang kalah akan bertindak sebagai pemasang dan yang menang sebagai penaji. Pemasang mengarahkan mata tajinya ke atas sambil memegang tali tersebut dengan kedua belah tangan, sedangkan penaji dengan memegang tali sambil memutar-mutarkan ke arah taji pemasang tadi dengan penuh perkiraan dan bidikan yang tepat. Seandainya bidikan perihal target maka taji akan mengenai biji duren, tetapi bila bidikan meleset akan perihal tanah maka penaji berubah menjadi pemasang, begitu seterusnya. Permainan dianggap kalah bila biji duren pecah berkeping-keping, baik selaku penaji maupun sebagai pemasang. ( sumber: E-book Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat di Daerah Jambi. Zulita, Dra. Eva. 2013. Jambi. ) 16. Tejek-Tejekan Tejek-tejekan ialah nama suatu permainan tradisional di Jambi (Khusus di kotamadya Jambi permainan ini disebut cingkling ), di Jawa permainan ini disebut Engklek , di kawasan Riau disebut Setatak , sedangkan di tempat Batak Toba dikenal Marsitekka . Dinamakan tejek-tejakan, alasannya adalah cara bermainnya dengan mengangkat sebelah Kaki" ke atas sambil melompat-lompat ke tempat yang sudah diputuskan. Keadaan melompat sambil mengangkat kaki inilah yang disebut bertejek. Permainan ini umumdimainkan oleh belum dewasa perampuan berumur 7 -11 tahun dengan jumlah pemain minimal 2 orang. Pelaksanaan pemainan ini di halaman rumah yang agak luas dengan menciptakan petak-petak yang digambarkan diatas tanah. Petak-petak ini jumlahnya sesuai dengan komitmen, namun umumberjumlah 10 petak. Cara memainkan dengan memakai kuju dari potongan genteng, dan sebelum mengawali permainan diadakan sut, siapa yang menang akan lebih dahulu mengawali permainan. ( sumber: E-book Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat di Daerah Jambi. Zulita, Dra. Eva. 2013. Jambi. ) 17. Umban Tali Umban atau pengumban ialah senjata sederhana yang biasanya digunakan untuk melontarkan proyektil, contohnya watu, tanpa gaya pegas. Dari kata umban, munculah kata 'mengumbankan' yang bermakna melontarkan watu (dan proyektil lainnya) dengan umban. Permainan ini dapat ditemui di beberapa kabupaten di provinsi Jambi. Seperti di Kabupaten Kerinci, Sarko, dan Bungo Tebo. Permainan ini umumnya dilaksanakan oleh anak laki-laki pada rentang usia 10 - 17 tahun. Arena bermainnya berupa lapangan yang agak luas. Sekurang-kurangnya pemain terdiri dari dua orang. Alat permainan umban tali yang dibuat dari kulit kayu atau benang. Bahan tersebut lalu dijalin  sehingga bagian tengah berbentuk daun. Pada bab ujung terdapat bulu-bulu yang tidak dianyam. Pada salah satu ujung lainnya berupa mirip cincin yang berfungsi selaku alat pemegang dengan jalan memasukkan jari telunjuk ke dalam lobang tersebut. Teknis bermainnya yaitu dengan jalan memegang pangkal tali dan memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang cincin. Lubang cincin ini disebut dengan kelaci.Selanjutnya memegang ujung tali lainnya yang disebut ciltak. Dengan demikian kondisi umban tali berlipat dua. Pada bab daun ditaruh batu kecil yang berfungsi sebagai peluru. Umban tali ditaruh ke belakang kemudian diayunkan ke depan dengan sekuat-kuatnnya sambil melepaskan ciltak. Hal ini akan menyebabkan watu terlempar ke luar mengarah terhadap sasaran yang diinginkan atau dituju. Penentuan pemenang dilihat dari siapa yang lebih banyak tentang sasaran yang telah disepakati. Disamping sebagai permainan, umban tali juga dipergunakan sebagai alat untuk berburu dan menghalau burung yang mau memakan padi di sawah pada saat animo panen. Permainan umban tali juga dikenal dengan nama katapel , ketapel , atau Ketepel . ( Sumber: Kebudayaan Indoesia ) 18. Yeye Yeye atau lompat tali karet ialah permainan tradisonal belum dewasa Jambi, alat yang digunakan adalah karet yang disambungkan/dijalin seperti rantai dengan panjang kira-kira 5 meter. Konsekwen hukuman yang kalah yakni berupa sorak sorai dari golongan atau daripada penonton berupa yel-yel ye-ye-ye-ye-ye-ye-ye-ye- oi kalah oi kalah , mungkin dari kata-kata tersebut muncullah nama Yeye. Permainan ye-ye ini tumbuh dan berkembang dalam Daerah Kotamadya Jambi pada permulaan era ke 20, adalah sejak masuknya karet sebagai permainan belum dewasa ke tempat Jambi. Jumlah pemain yang terlibat dalam permainan ini, paling sedikit tiga orang. Semakin banyak pemain, kian ramai dan menggembirakan. Dua dari mereka bertugas memegang kedua ujung tali. Sementara itu yang lainnya mesti melompati tali yang terhampar nanti. Untuk melakukan permainan yeye diperlukan lahan yang cukup luas. Lahan yang sempurna untuk itu adalah halaman rumah atau lapangan. Memainkan yeye, pasti memerlukan keahlian tersendiri, khususnya tenaga yang memadai untuk melakukan lompatan. Semakin berilmu pemain melalui tali tanpa santunan raihan tangan, kian besar kemungkinannya untuk memimpin permainan tersebut. pemain yang belum cekatan akan memakai santunan tangan untuk meraih bentangan tali karet supaya jaraknya memendek. Permainan yeye dimulai dengan memilih pemegang kedua ujung tali dan pelompat tali tersebut. sehabis didapat, pemegang tali mengambil posisi saling berhadapan dengan jarak rentang sedemikian rupa supaya tali terlihat lurus terbentang. Ketinggian tali yang dibentangkan dimulai dari bab bawah ialah selutut, hingga bab tertinggi ialah setangan yang diacungkan ke atas. Satu persatu pemain melompati tali, makin tinggi bentangan tali makin tinggi tingkat kesulitannya. Oleh alasannya adalah itu, beliau harus memakai tangan selaku alat bantu. Tugas memegang ujung tali akan berhenti jikalau terjati kesalahan berikut. Pemain tidak mampu melompati tali yang dibentangkan pada setiap ketinggian tertentu, baik dengan tunjangan raihan tangan atau tidak.
Sumber https://aturanpermainan.blogspot.com

This Is The Oldest Page


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)