Riau ialah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bab tengah pulau Sumatra. Provinsi ini terletak di bab tengah pantai Timur Pulau Sumatra, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau terutama antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah Timur Sumatra dan sebelah Selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota paling besar Riau yaitu Pekanbaru. permainan tradisional kepulauan riau, yang tergolong permainan rakyat melayu riau adalah, permainan melayu riau yang tidak menggunakan alat, bagian-bagian yang terdapat dalam permainan rakyat melayu riau antara lain yakni, sebutkan 4 permainan tradisional dari riau, permainan rakyat melayu riau umumnya menggambarkan, permainan rakyat melayu riau biasanya menggambarkan situasi brainly, tuliskan macam-macam permainan melayu riau Daftar isi: Adu Buah Para (Buah Karet) Bakiak / Terompa Panjang Benteng Boi-Boian Congkak Engrang/Sitinjak/Kaki Angau Gasing Gatrik Kelereng Layang layang Ligu Lulu Cina Buta Meja Pari Petak Umpet Statak Tarik Tambang 1. Adu Buah Para (Buah Karet) Sumber: Permainan bocah Adu buah para ialah salah satu permainan anak-anak yang menggunakan buah karet sebagat alat permainannya. Arti buah para sendiri adalah buah karet atau biji karet, jadi permainan ini bermakna mengadu buah karet., Permainan ini dapat dijumpai di seluruh Kabubaten dan Kota di Riau. Cara memainkannya diawali dengan undian (sud) dan siapa yang menang beliau yang jalan terlebih dahulu dan yang kalah harus merelakan biji karet jagoannya diletakkan dibawah biji karet yang menang sud tadi. lalu biji karet yang disusun dua tingkat ditumbuk dengan ujung tangan bagian bawah,kalau belum ada yang pecah maka bergantian menumbuk biji karet sampai salah satu biji karet ada yang pecah dan biji karet yang tidak pecah menjadi pemenang. Pohon karet sungguh banyak terdapat didaerah Riau, buah karet tersebut berjatuhan dari pohonnya dan diambil oleh bawah umur untuk dimainkan dan dipertandingkan. 2. Bakiak / Terompa Panjang Terompa Panjang atau Bakiak Beregu ialah terompa atau selop yang panjang yang terbuat dari kayu dan tali terompanya dari karet ban yang berderet dari 3 sampai 5 kaki yang bisa memakainya. Terompa ini mesti sepasang. Permainan ini membutuhkan beberapa orang untuk membentuk satu grup yang akan bertanding dengan grup yang lain. Mereka mesti memakai bakiak dan berjalan selaras, bersamaan dari garis start sampai ke garis finish. Permainan ini bertujuan untuk membangun relasi koordinasi dan kekompakan antar anggota di dalam tim semoga dapat berlangsung seirama. Umumnya,kontes bakiak beregu diadakan saat perayaan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus. Permainan ini berguna untuk melatih kekompakan, fokus serta mentaati pemimpin untuk melangkah sehingga selamat mencapai tujuan, permainan ini ditemui di seluruh kawasan Riau. 3. Benteng Sumber: id.wikipedia.org Benteng yakni permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing berisikan 4 hingga dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu daerah selaku markas, umumnya suatu tiang, watu atau pilar selaku ‘benteng’. Cara Bermain: Tujuan utama permainan ini yaitu untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ musuh dengan menyentuh tiang atau pilaryang sudah dipilih oleh musuh dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga mampu diraih dengan ‘mempesona’ seluruh anggotalawan dengan menyentuh badan mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan yang ‘tertawan’ diputuskan dariwaktu terakhir ketika si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menjamah ‘benteng’ mereka masing-masing. Orang yang paling bersahabat waktunya dikala menyentuh bentengberhak menjadi ‘penawan’ dan bisa mengejar dan menyentuhanggota musuh untuk membuatnya tawanan. Tawanan biasanya diposisikan di sekitar benteng lawan. Tawanan juga mampu dibebaskan bila rekannya mampu menjamah dirinya. Dalam permainan ini, umumnya masing – masing anggota mempunyai peran mirip ‘penyerang’, ‘mata – mata, ‘pengganggu’, dan penjaga’benteng’. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kesanggupan seni manajemen yang tangguh. 4. Boi-Boian Boi Boian atau Boi Boinan adalah permainan tradisonal yang dimainkan oleh lima hingga sepuluh orang pemain. Cara memainkannya yaitu dengan menyusun lempengan kerikil atau serpihan genting atau porcelen yang berukuran relatif kecil. Bolanya bisa memakai bola tenis/kasti , namun anak anak biasa menciptakan sendiri bola yang terbuat dari buntalan kertas yang dilapisi plastik yang diikat dengan karet gelang, empuk dan tidak keras sehingga tidak melukai. Satu orang bertugas sebagai penjaga lempengan, yang lainnya lalu bergantian melempar tumpukan lempengan itu dengan bola sampai roboh semua. Setelah roboh maka penjaga mesti mengambil bola dan melemparkannya ke anggota lain yang melempar bola sebelumnya. Yang terkena lemparan bola yang gantian menjadi penjaga lempengannya. 5. Congkak Congkak yakni sebuah permainan tradisional yang dikenal dengan banyak sekali macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang dipakai selaku biji Congkak dan kalau tidak ada, kadang era dipakai juga biji-bijian dari berkembang-tanaman dan watu-watu kecil. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congklak, dakon, dhakon atau dhakonan. Di beberapa tempat di Sumatra yang berkebudayaan Melayu, permainan ini diketahui dengan nama congkak. Di Lampung, permainan ini lebih diketahui dengan nama dentuman lamban, sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan beberapa nama: Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Dalam bahasa Inggris permainan ini disebut Mancala. Bahannya yang dibuat dari kayu dengan bentuk papan yang panjang yang dilubangi sebanyak 14 lubang selaku anak dan 2 lubang sebagai lubang induk,yang terletak di ujung kiri dan ujung kanan, cara memainkannya cukup gampang, dimainkan oleh 2 orang dan pemain secara bergantian memainkan buah dengan mengisi lubang, tiap lubang diisi dan pemenangnya yaitu yang sukses mengisi buah terbanyak dilubang induk. Permainan di dulunya dimainkan oleh anak raja, permainan ini dapat dijumpai di nyaris seluruh kawasan Riau. 6. Engrang/Sitinjak/Kaki Angau Engrang/Sitinjak/Kaki Angau ialah permaianan bawah umur yang memakai galah atau tongkat yang dipakai seseorang semoga mampu bangun dalam jarak tertentu di atas tanah. Cara memainkan : Kedua kaki menginjak titian yang terdapat pada masing masing bambu, lalu langsung dibgunakan untuk berlangsung. Enggrang dibentuk dari dua batang kayu atau bambu yang panjangnya masing-masing sekitar dua meter. Kemudian sekitar 50cm dari alas bambu/kayu tersebut dilubangi kemudian dimasukkan bambu dengan ukuran 20-30cm atau dipakukan kayu yang berfungsi sebagai pijakan kaki. Permainan ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Untuk itu diperlukan kehati-hatian supaya tidak terjatuh. Permainan ini dapat dijumpi diseluruh daerah Riau. 7. Gasing Gasing yaitu permainan yang menggunakan tali dan kayu yang dibentuk selaku alat permainannya. Cara memainkannya yaitu dengan dipukul menggunakan teknik tertentu sehingga mampu berputar di atas sebuah landasan. Riau memiliki beberapa bentuk gasing mirip bentuk Paras Gantang, Limau Manis, Janda Berhias, Batu Dacing, dan Tawak. Gasing dibentuk dari kayu , kayu tersebut dikikis sampai membentuk pipih , tali gasing dibuat dari kulit kayu.. Tali Gasing lazimnya mempunyai panjang 1 meter. Gasing dimainkan dengan 2 cara, cara pertama disebut Gasing Pangkah , adalah dimainkan dengan melemparkannya semoga mengetuk gasing lawan, sedangkan Gasing Uri dipertandingkan dengan menguji ketahanan gasing berputar. Di Riau gasing dapat ditemui di semua kabupaten dan kota, khususnya di kawasan yang memiliki banyak hutan/kayu. 8. Gatrik Gatrik atau Patok lele/Tok lele, atau Tak Kadal ialah permainan yang dimainkan oleh dua kalangan. Cara Bermain : Permainan ini menggunakan alat dari dua serpihan bambu yang satu mirip tongkat berskala kira kira 30 cm dan lainnya berskala lebih kecil. Pertama pecahan bambu yang kecil ditaruh di antara dua watu kemudian dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan menghantam bambu kecil tersebut sejauh mungkin, pemukul akan terus menghantam sampai berulang kali hingga sebuah kali pukulannya tidak mengena/luput/meleset dari bambu kecil tersebut. Setelah gagal maka orang selanjutnya dari kalangan tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir. Setelah simpulan maka kelompok musuh akan memberi kado berupa gendongan dengan tolok ukur jarak dari bambu kecil yang terakhir sampai ke kerikil permulaan permainan dimulai tadi. Makin jauh, maka semakin enak digendong dan kalangan lawan akan kian letih menggendong. 9. Kelereng Kelereng dengan banyak sekali persamaan kata gundu, keneker, kelici, guli yakni bola kecil dibentuk dari tanah liat, marmer atau beling untuk permainan belum dewasa. Ukuran kelereng sungguh beragam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng kadang kala dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik. Cara Bermain: Bentuk permainan yang umum dimainkan yakni main porces. Cara permainannya dengan menggambar segitiga sama kaki ditanah lalu masing-masing pemain meletakkan sebuah kelerengnya diatas gambaran segitiga tersebut. Buah pasangan namanya, buah kelereng yang dipertaruhkan. Peserta, tergantung jumlah pemain. Biasanya paling sedikit tiga pemain dan paling banyak idealnya enam pemain. Kalau lebih dari itu dibuat dua kelompok. Permainan dimulai dengan cara masing-masing pemain menggunakan sebuah kelereng selaku gacoannya lalu melempar buah pasangan tersebut dari jarak dua atau tiga meter .Pemain secara bergantian melempar sesuai urutan berdasarkan hasil undian dengan adu sut jari tangan Pelemparan gaco dikerjakan dengan membidik dan melempar keras dengan maksud tentang buah pasangan atau supaya hasil lemparan mendarat dilapangan permainan terjauh. Selanjutnya yang memulai permainan ialah siapa yang sukses tentang buah pasangan, dialah mendapat giliran pertama.. Kalau tidak ada yang perihal buah pasangan ,maka yang mulai bermain adalah gacoannya yang terjauh. Pemain harus berusaha menghabiskan buah pasangan diporces pada saat giliran bermain. Ada yang sekali giliran main telah bisa menghabiskan semua buah pasangan. Tanda dia pemain yang cekatan. Berbagai seni manajemen untuk menang dilaksanakan ,antara lain jika tidak mau memburu gacoan musuh , maka pilihannya ialah menembakkan gacoan ketempat yang kosong untuk disembunyikan agar tidak mampu dimatikan oleh lawan-musuh main. Pemain yang bisa menghabiskan buah pasangan terakhir dilanjutkan berburu menembak gacoan lawan . Pemain yang gacoannya kena tembak maka gacoannya mati ,selesailah permainannya pada game tersebut. 10. Layang layang Sumber: Riau Pembaruan Layang layang dibentuk dari bilah bambu selaku rangka, kemudian rangka diikat menggunakan tali atau benang kemudian rangka layang dibungkus dengan kertas atau parasut dan parasut atau kertas tadi dilukis agar kelihatan indah. Jenis-jenis layangan: Layang dengong, Layang bulan/indah, Layang tokong, Layang bereko, Layang berambu, Layang ikan. 11. Ligu Ligu merupakan jenis permainan yang berasal dari Riau, terbuat dari bambu sebagai pemukul dan juga tempurung kelapa yang dibentuk ibarat wajik dan hati. Ligu dimainkan oleh 2 orang atau 2 kalangan . Ligu lazimdimainkan di tanah yang lapang dengan menciptakan garis kira-kira 1 meter kemudian ditaruh ligu digaris secara berjejer. Pemain berkumpul antara 2 orang atau 2 kelompok dengan melaksanakan amplong dengan menggunakan telapak tangan untuk memilih pemenangnya. Bila dinyatakan galah maka ligunya dipasangkan pada tempat yang diputuskan dan yang menang dialah yang pertama kali memukul . Si pemukul memakai ligunya lalu dipukul memakai alat pemukul yang yang dibuat dari bambu ( teta ) ke arah ligu musuh yang telah dipasangkan tadi. Jika dapat mengena ligu musuh memiliki arti dia menerima poin (bintang) , jikalau tidak mengena maka gantian main, demikian seterusnya, pemenangya ialah yang banyak menerima point. Permainan Ligu ini ditemui di Kecamata Peranap Kabupaten Indragiri Hulu. 12. Lulu Cina Buta Lu Lu Cina Buta ialah permainan tradisional yang dimainkan oleh belum dewasa Tembilahan, Indera Hilir, Provinsi Riau, Indonesia. Kata " Cina Buta " ini berawal dari kisah seorang Tionghoa yang hendak menikahi sementara perempuan Islam yang bercerai dengan talak tiga. Dalam Islam, perempuan yang sudah dicerai dengan talak tiga tidak mampu rujuk kembali dengan suami terdahulu sebelum menikah dengan pria lain. Karena itu kebanyakan masyarakat tidak akan mau menikahi sementara perempuan tersebut walaupun dibayar. Karena itu orang yang mau menikah sementara tersebut dijadikan olok-olok masyarakan dan dianggap "buta". Lulu Cina Buta Permainan ini diambil dari kata dasar ” buta ” yang mempunyai arti tidak dapat melihat . Permainan ini dijalankan oleh anak pria dan wanita SD. Permainan ini memakai alat yang sederhana adalah cukup dengan selembar sapu tangan. Kemudian menciptakan batas lingkaran di tanah sebesar garis tengah sekitar 2 1/2 meter sebagai lapangan bermain. Permainan lulu cina buta paling sedikit dibarengi oleh 3 orang anak dan bisa pula hingga 6 orang anak jumlahnya. Untuk memilih siapa yang jadi ” buta ” maka diadakan terlebih dahulu hompipa yang kalah dalam hompipa dialah yang menjadi ” buta ”. Oleh salah satu temannya si buta yang kalah dalam hompimpa tadi ditutup matanya menggunakan sapu tangan dengan beberapa lipatan dan ujung sapu tangan diikat dibelakang kepala si buta. Si buta mesti benar benar tidak dapat melihat keadaan sekitar sebab sudah ditutup memakai sarung tangan. Dengan isyarat dari salah seorang temannya yang menyampaikan ” telah ” maka permainan dimulai. Si buta akan merentangkan tangannya berusaha untuk menangkap salah seorang temannya yang ada didalam bulat tersebut. Temannya akan berlari-lari menghindari tangkapan si buta. Apabila si buta berhasil menangkap salah seorang temannya maka beliau boleh meraba-raba temannya yang tertangkap dan menebak siapa sobat yang ditangkapnya. Apabila betul nama yang si buta sebutkan maka temannya itu akan menjadi sibuta namun bila salah maka sibuta akan tetap menjadi sibuta. Begitulah cara permainan lulu cina buta itu secara bergantian memegang peran si buta hingga mereka sudah puas bermain. Kandungan nilai yang ada pada permainan ini yakni nilai-nilai pendidikan, jerih payah, memupuk perilaku kebersamaan, melatih daya kenangan, kejujuran, sportifitas, dan mempererat persahabatan. 13. Meja Pari Meja Pari yang dibuat dari kayu berbentuk Bujur Sangkar atau mempunyai empat kaki. Meja Pari ini memiliki 96 kotak berlubang dibagian permukaannya. Dimainkan dengan cara melempar dadu pada bab tengah meja yang keluar pada mata dadu akan menawarkan berapa anak pari yang mampu dikonsumsi dengan cara menyilang. Permainan Meja Pari ini ditemui di kawasan Pesisir Riau dan Kepulauan Riau. 14. Petak Umpet Sumber: Sekolah Alam Bogor Petak umpet ialah sejenis permainan yang bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, tetapi kalau kian banyak akan makin seru. Cara Bermain: Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi “kucing” (berperan sebagai pencari sobat-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung hingga 10, lazimnya dia menghadap tembok, pohon atau apasaja supaya ia tidak menyaksikan sahabat-temannya bergerak untuk bersembunyi (kawasan jaga ini mempunyai sebutan yang berlawanan di setiap daerah, contohnya di beberapa tempat di Jakarta ada yang menyebutnya INGLO, di daerah lain menyebutnya BON dan ada juga yang menamai tempat ituHONG). Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang sudah disepakati bareng , contohnya bila wilayahnya terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan sehabis sahabat-temannya bersembunyi, mulailah si “kucing” beraksi mencari teman-temannya tersebut. Jika si “kucing” memperoleh temannya, dia akan menyebut nama temannya sambil menyentuh INGLO atau BON atau HONG, kalau hanya meneriakkan namanya saja, maka si “kucing” dianggap kalah dan mengulang permainan dari awal. Apabila Yang seru adalah, pada dikala si “kucing” bergerilya mendapatkan sobat-temannya yang bersembunyi, salah satu anak (yang statusnya masih sebagai “sasaran operasi” atau belum didapatkan) dapat mengendap-endap menuju INGLO, BON atau HONG, kalau berhasil menyentuhnya, maka semua sahabat-teman yang sebelumnya sudah ditemukan oleh si “kucing” dibebaskan, alias sandera si “kucing” dianggap tidak pernah didapatkan, sehingga si “kucing” mesti kembali menghitung dan mengulang permainan dari awal. Permainan simpulan setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya. 15. Statak Setatak yaitu sebuah permainan bawah umur yang masih meningkat di Pekanbaru dan sekitarnya. Menurut informasi yang didapat, permainan setatak. Permainan setatak digolongkan dengan permainan hiburan yang dilaksanakan saat senggang oleh anak laki-laki dan perempuan berjumlah 2 sampai 4 orang dengan usia 6 hingga 12 tahun. Bahannya yang dibuat dari Batu yang pipih dan juga mampu pecahan piring atau kaca yang lalu disebut dengan ucak , lalu diatas tanah dibuat garis yang dibentuk sesuai permainan, umumnya permainan ini dimainkan oleh anak wanita. Permainan Statak ini nyaris ditemui di seluruh tempat di Riau. Sebelum permainan dimulai, bawah umur umumnya bahu-membahu menggaris tanah untuk menciptakan lapangan permainannya. Kemudian setiap anak akan mempersiapkan ucak atau gacuk yang dibentuk dari penggalan piring kemudian diasah dan dibulatkan yang digunakan selaku penikam. Pada permainan setatak ada beberapa urutan permainan yang mau dilaksanakan, adalah : Ucak tikam pada petak 1 hingga petak 9, lalu kembali ke petak 5 sampai petak 1, loncat sebelah kaki sambil menjepit gacuk pada jari kaki. Ucak diletakkan di telapak tangan dan loncat sebelah kaki untuk naik dan turun lapangan. Tingkop ucak 5 kali dengan lambungan ucak di belakang telapak tangan, tangkap dengan telapak tangan. Ucak dikenakan pada lengan yang ditelentangkan erat siku. Ajukan tangan ke paras ke samping, loncat sebelah kaki. Turunkan ucak dari tangan, sambut dengan telapak tangan itu juga. Ucak ditaruh di kepala, berlangsung biasa melewati lapangan. Jatuhkan ucak dari kepala dan sambut dengan tangan. Ucak diletakkan pada belakang kaki kanan dan melompat dengan kaki kiri. Ucak yang di belakang kaki, lambungkan ke atas, tangkap dengan ajun. Ucak dipegang di telapak tangan, loncat dengan kaki sebelah kiri. Meraba-raba ucak di petak bintang. Dengan mata terpejam, membelakangi petak bintang sampai duduk mencangkung tangan meraba-raba untuk mengambil ucak di petak bintang. Ucak dilambung sambut dengan belakang telapak tangan. Sambil membelakangi arena permainan mengambil ancang-ancang untuk menikam bintang. Ambil bintang. Bintang ialah biji kemenangan bagi permainan setatak, petak-petak yang mau direbuti bintang-bintang. Penentuan kalah menang dalam pertarungan ini adalah yang terbanyak memiliki bintang dari 10 petak. 16. Tarik Tambang Tarik Tambang adalah permainan tradisional yang dijalankan oleh dua regu yang saling berhadapan dalam sebuah perlombaan dengan tujuan mempesona batas tengah tali kedaerah sendiri. Permainan Tarik Tambang dimainkan oleh dua regu, dua regu bertarung dari sisi bertentangan dan semua anggota dari dua regu memegang dekat sebuah tambang (tali), ditengah-tengah terdapat pembatas berupa garis. Masing-masing regu berupaya mempesona tali tambang sekuat mungkin supaya regu musuh mampu melewati garis pembatas, regu yang kesengsem dan melalui garis pembatas dinyatakan kalah. Taktik permainan terletak pada penempatan pemain, kekuatan tarik dan pertahanan tunpuan kaki ditanah, pada umumnya pemain dengan kekuatan paling besar diposisikan diujung tali untuk menahan ujung tali ketika bertahan atau menghentak pada dikala penarikan, sekarang permainan tarik tambang cuma ditemui pada dikala hari perayaan kemerdekaan RI. Sumber https://sarankeuangan.blogspot.com
Rabu, 22 Januari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon