Bengkulu adalah suatu provinsi yang berada di pulau Sumatera, Indonesia. Ibu kota provinsi Bengkulu ada di kota Bengkulu. Provinsi ini terletak di bagian Barat Daya Pulau Sumatra, yang memiliki batas dengan provinsi Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan dan Lampung. Pada tahun 2020, jumlah masyarakatprovinsi ini sebanyak 2.010.670 jiwa, dengan kepadatan 101 jiwa/km². Kebudayaan Bengkulu sungguh kental bercirikan dengan budaya Melayu yang mempunyai beberapa ciri berlainan sebab dipengaruhi oleh suku-suku berbeda yakni kebudayaan Rejang, Melayu Serawai, Melayu Kaur, Mukomuko, Pekal dan Melayu Lembak. Budaya tabut ialah satu kultur unik yang menggabungkan tradisi lokal dengan Islam Syiah secara kultural. permainan tradisional bengkulu selatan, nama permainan tradisional rejang lebong, permainan tradisional lampung, teladan permainan kucing rumput, permainan tradisional gorontalo, apa saja keadaan yang menghipnotis permainan rakyat, permainan petak jongkok, permainan kucing rabun yakni Daftar Isi : Aco Ayam-Ayam Bicau Bobot Cabur/Totor-Gala Ceu Cet Cipak/Sipak Raga Congkak Dadu Kunca Eket Pun Pisang Gasing Ingkau Palak Babi/Kepala Babi Kucing-kucing atau Bekel Kucing Rabun Layang-layang Lompek Kodok Luko Gilo atau Bubu Gila Nganjur Pencak Sarentam/Segerentam Sekejar Sekerung Selaut Sembunyi Di Terang Bulan Setegur Sayak Sledur/Gobak Sodor Slulut Yeye 1. Aco Lapangan Permainan Aco (sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/ ) Aco, atau dalam bahasa lndonesianya gawang ialah permainan khas Bengkulu. Alat yang dipakai yakni Ace, yaitu bambu berskala lebih kurang sepanjang 3 meter. Anggota pemain dibagi menjadi 2 kalangan. Setelah tamat seleksi kelompok, seluruh pemain bersiap-siap. Dalam permainan ini terdapat area untuk arah penyerbu berlari dan garis samping, yang dapat dimanfaatkan oleh penjaga aco untuk menangkap musuh atau penyerbu. Terdapat 6 garis Aco yang dijaga. Garis tersebut mesti dapat dilewati oleh penyerbut tanpa dapat tertangkap. Ada juga garis empat persegi selaku garis luar yang tidak boleh dilewati oleh penyerbu, kalau penyerbu ke luar dari garis tersebut, maka penyerbu dinyatakan bacin, atau sudah mati. Terdapat satu garis di lapangan untuk pihak penyerbu mengambil aiicang-ancang untuk menyerang. 2. Ayam-Ayam Ayam-ayam yakni nama sejneis permainan kawasan Propinsi Bengkulu. Pernainan ini dinamakan ayam-ayam sebab dalam pelaksanaannya, pemain melakukan peran menirukan suara mirip kokok ayam jantan. Permainan ini lazimnya dikerjakan pada malam hari. Pemainnya tidak kurang 12 dan dijadikan 2 kalangan. Usia pelaku permainan ini sekitar 8 sampai 15 tahun. Permainan ini, kebanyakan dimainkan oleh anak pria. Hal ini, disebabkan waktu melakukan permainan ini dijalankan pada malam hari. Peralatan yang dipergunakan dalam pernainan ayam-ayam ini satu lembar kain sarung biasa. Kain sarung dipakai untuk daerah ayam-ayam bersembunyi, agar tidak kelihatan oleh kelompok lawan. Saat permainan mulai dilakukan, satu kelompok menentengkain sarungnya dengan bentuk dilebarkan ke samping dan pada saat itu salah seorang dari anggota kelompok tersebut siap untuk mengikuti perjalanan. golongan tersebut terus berjalan sambil membawakain sarungnya menuju batas wilayah dan berhenti lebih kurang satu meter sebelum batas. Dalam waktu yang bersamaan, kelompok lain melaksanakan hal yang serupa. Anggota pemain yang mengikuti di belakang kelompoknya disebut ayam ayam. Saat kedua kelompok bertemu, kedua ayam-ayam tersebut diam-membisu menyelinap di belakang masing-masing kelompoknya. Selanjutnya, satu memohon kepada kelompok lain semoga ayam-ayam lawannya berkokok. Setelah mendengar kokok ayam tersebut, golongan tersebut akan menebak siap'akah gerangan yang berkokok atau siapakah ayam-ayam tersebut. jika tebakan benar, maka ayam-ayam dari musuh mesti ditahan atau ditawan. Sebaliknya andaikata tebakan salah, maka ayam-ayam kembali ke rumahnya atau ke kawasan semula. 3. Bicau (sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/ ) Bicau yakni salah satu permainan tradisional Bengkulu. Nama lain dari bicau yakni Capicau atau seletak. Permainan bicau dapat dijalankan oleh lelaki dan wanita atau sejenis saja, dengan batas usia antara 7 tahun - 30 tahun. Dilaksanakan untuk mengisi waktu senggang, jadi mampu dilaksanakan kapan saja bila mau dengan jumlah pemain 2 orang. Permainan dapat dilakukan di atas tanah, lantai, kertas, atau papan dengan membuat garis-garis permainan. Masing-masing pemain mempersiapkan biji buah sebanyak 6 biji, jadi jikalau pemainnya 2 orang maka jumlah bijinya 12 biji terdiri dari 2 jenis warna. Sebelum permainan dimulai, lebih dulu diadakan suit untuk memilih siapa yang berhak lebih dulu memindah buahnya. Setelah itu pemain dengan bebas memindah buahnya dari titik lain ke daerah yang kosong. Buah yang mampu dilangkahi berarti mati dan dapat diambil oleh yang melangkahi. Setiap buah yang dianggap mati, diambil dan dikeluarkan dari garis permainan. Pemain yang kalah, apabila buahnya habis lebih dulu. 4. Bobot Bobot adalah sejenis permainan anak-anak Rejang Lebong yang mencari kayu bakar beramai-ramai sepulang sekolah memakai Bobot. Bobot ini terbuat dari 2 batang kayu dengan panjang sekitar 150 cm (dapat digenggam jemari anak), kemudian di bagian bawahnya sekitar 100 cm dipalangkan kayu yang serupa dengan ukuran panjang sekitar 50—75 cm. Gunanya yakni untuk tempat menawan kayu yang sudah diikat dengan rotan atau tali akar. 5. Cabur/Totor Gala Sumber: kebudayaanindonesia.net Cabur atau Totor-Gala adalah nama sebuah permainan dari daerah Bengkulu.Permainan ini dilaksanakan pada malam terperinci bulan atau pada bulan Puasa, sesudah berbuka puasa menunggu beduk teraweh berbunyi dan sesudah makan sahur. Umumnya permainan cabur atau totor gala dimainkan oleh anak pria berusia 10 tahun – 16 tahun. Jumlah pemainnya tidak terbatas cuma disesuaikan dengan keadaan lapangnya. Peralatan yang dipakai dalam permainan ini adalah sebuah lapangan yang datar dan bersih dan kapur tulis untuk menggambar garis-garis dan kotak daerah bermain. Sebelum permainan dimulai, lebih dulu dihitung jumlah pesertanya untuk menentukan jumlah garis yang mau dibentuk lalu jumlah pemain dibagi 2 kelmpok dan diundi untuk memilih semua orang yang menang, dan yang kalah masuk ke dalam garis. Bila isyarat telah dimulai, maka pemain yang menang akan menyerbu dipimpin oleh kepala regunya untuk masuk garis. Tiap garis dijaga oleh seorang anak dan berusaha menghantam seorang penyerbu yang berusaha memasuki garis. Penjaga garis tidak boleh keluar garis, di tengah-tengah ada garis membujur namanya garis gala, penjaga garis gala mampu berlari sepanjang garis ini. Apabila seorang pemain mampu melalui suatu garis, beliau berteriak cabur. Apabila salah seorang dapat dipukul oleh penjaga garis maka bertukarlah giliran pemain penjaga garis semula menjadi penyerbu. Akan teapi jikalau salah seorang dari regu penyerbu mampu keluar dari semua garis pemghalang maka dia akan member tanda walaupun ada di antara sahabat-temannya yang masih berada di dalam kotak garis mereka semua boleh keluar tanpa dipukul. 6. Ceu Cet Permainan Ceu Cet ini hampir mirip dengan permainan petak umpet. Ceu Cet adalah permainan melompat-lompat dari satu kota ke kotak yang lain. Bentuk permainannya yakni melompat ke kotak-kotak yang telah dibuat dengan garis di tanah. Sebelum pemainnya melompat ke setiap kotak yang tersedia, si pemain harus melemparkan sebuah kerikil berupa ceper ke masing-masing kotak yang ada. Jika lemparan watu perihal garis, maka dianggap dis dan akan dilanjutkan dengan pemain yang yang lain. Demikian seterusnya. Begitu juga kalau kakinya waktu melompat dari satu kotak ke kotak lain perihal garis, iapun dianggap dis. Jumlah pemainnya tidak terbatas dan tidak memakai waktu. 7. Cipak/Sipak Raga Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ Sepak raga (bahasa Minangkabau: sipak rago) adalah salah satu permainan tradisional yang meningkat di wilayah Minangkabau namun meningkat juga di tempat Bengkulu. Permainan ini dimainkan oleh lima hingga sepuluh orang dengan cara membentuk bundar di suatu lapangan terbuka, di mana bola raga tersebut dimainkan dengan kaki dan teknik-teknik tertentu sehingga bola tersebut berpindah dari satu orang pemain kepada pemain lainnya tanpa jatuh ke tanah. Bola raga yang dibuat dari daun kelapa muda atau kulit rotan yang dianyam menggunakan tangan. Perbedaan utama sepak raga dengan sepak takraw terletak pada penggunaan jaring (net) yang dijumpai pada sepak takraw, tetapi tidak digunakan pada sepak raga. Pada zaman dulu permainan sepak raga dikerjakan oleh para cowok di kampung-kampung pada sore hari untuk mengisi waktu luang dan selaku fasilitas hiburan. Tidak ada penilaian yang baku pada permainan ini, karena permainan ini tidak dipertandingkan. Yang ada cuma penilaian pada kemahiran pemain dalam memainkan bola supaya tidak jatuh ke tanah. 8. Congkak Sumber: Backpacker Jakarta Congklak adalah sebuah permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang dipakai selaku biji congklak dan jikalau tidak ada, kadang kala digunakan juga biji-bijian dari berkembang-flora dan batu-kerikil kecil. Di Jawa, permainan ini lebih diketahui dengan nama congklak, dakon, dhakon atau dhakonan. Di beberapa daerah di Sumatra yang berkebudayaan Melayu, permainan ini diketahui dengan nama congkak. Di Lampung, permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban, sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih diketahui dengan beberapa nama: Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada papan congklak terdapat 16 buah lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lubang kecil di sisi pemain dan lubang besar di segi kananya dianggap selaku milik sang pemain. Pada permulaan permainan setiap lubang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lubang yang hendak diambil dan menaruh satu ke lubang di sebelah kanannya dan seterusnya berlawanan arah jarum jam. Bila biji habis di lubang kecil yang berisi biji yang lain, dia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, jika habis di lubang besar miliknya maka dia dapat melanjutkan dengan memilih lubang kecil di sisinya. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka beliau berhenti dan mengambil seluruh biji di segi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lubang kosong di sisi musuh maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa. Permainan dianggap selesai jikalau telah tidak ada biji lagi yang mampu diambil (seluruh biji ada di lubang besar kedua pemain). Pemenangnya yaitu yang mendapatkan biji terbanyak. (sumber: Wikipedia ) 9. Dadu Kunca Dadu kunca adalah bahasa daerah Suku Bangsa Serawai, yang artinya pemainan dadu dengan cara digoncangkan. Pennainan ini dilaksanakan sekurang-kurangnyaoleh 2 orang. Banyaknya pelaku permainan tidak terbatas, atau mampu saja meraih IO atau belasan orang. Semakin banyak pelakunya, permainan akan bertambah asik dan umumnya waktu permainan akan usang. Peralatan: Tiga buah dadu yang serupa. Dadu ini terbuat dari tanduk kerbau atau kayu yang keras, misalnya kayu besi. 1 buah panci daerah cuci tangan dan satu buah piring yang ukuran agak besar. Panci dan piring ini, sebagai alat untuk memainkan dadu. Satu lembar kain bernafsu (belacu) berskala 40 Cm x 100 Cm, kain ini bisa ditukar dengan kertas yang tebal (kertas karton). Di atas kain tersebut dibuat 6 buah petak yang sejajar dan di dalam petak tersebut dibuat bulat-bundar kecil dan tersusun seperti mata dadu. Dadu Kunca termasuk jenis permainan judi, karena itu dilarang untuk diselenggarakan. Sehingga sekarang ini Dadu Kunca tidak tampaklagi diselenggarakan penduduk . 10. Eket Pun Pisang Sumber: akun Twitter @jamugodhog Permainan Eket Pun Pisang ( Eket =rakit, Pun =batang/pohon, Pisang =pisang) artrinya Rakit Pohon Pisang. Permainan ini dikerjakan bawah umur Rejang di Lebong di Bio Tik (kali/sungai kecil) yang ada di sekitar dusun mereka atau di sekeliling Danau tes. Kadang masa mereka melakukan perlombaan, siapa yang cepat hingga di kawasan tujuan yang sudah ditentukan. Eket Pun Pisang dibuat dari beberapa batang pisang yang diiris dengan ukuran panjang yang serupa. Kemudian batang-batang pisang itu ditusuk dengan kayu atau bambu dengan tujuan supaya batang-batang pisang itu menyatu. Ada pula yang menambahkan ikatan tali, biar rakitnya itu berpengaruh. Eket Pun Pisang, sering juga dipakai untuk menyeberangi Bioa Ketawen (Air Ketahun), sebab kekurangan jumlah bahtera yang ada. Kalau pun ada, lazimnya yang punya tak maumeminjamkan terhadap belum dewasa yang suka bermain di air. Permainan ini sungguh populer di Kotadonok, Tes, Turung Tiging, Turan Lalang, Talangratu, Tapus, Talangbaru dan Tanjung. 11. Gasing Gasiang, Gasing (atau juga disebut Gangsing) yaitu mainan yang mampu berputar pada poros dan berkesetimbangan pada sebuah titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di banyak sekali situs arkeologi dan masih mampu dikenali. Selain merupakan mainan belum dewasa dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib. Di Bengkulu juga terdapat berbagai macam gasing yang terkenal, umumnya terbuat dari kayu. Jenis-jenis Gasing : Gasing Kayu , Dibuat dari materi kayu yang keras, umpamanya dari kayu petai cina, rukam, kemining, jeruk dan lain-lain. Bentuk gasing yang dimainkan berbentuk gici kecil atau mirip buah bengkuang. Pada bab atas diberi kepala untuk melilitkan tali pemutar gasing, pada bab bawah ditancapkan paku atau besi runcing selaku taji untuk melukai atau menghancurkan kesembangan gasing lawan. Gasing Paku Berindu , Terbuat dari buah paku bindu (biji pakis) dan bilah bamboo, warna kuning muda. Teknik menciptakan dengan cara diraut, dikorek dan dilobangi, dengan menggunakan pisau untuk mengupas dan meraut buah paku bindu dan lidi untuk mencukil isi buah. Dimainkan dilantai rumah dengan cara diputar dengan tangan. Gasing Buah Parah , Terbuat dari buah parah (biji karet), bilah bamboo dan benang, warna coklat tua dan kuning muda. Teknik menciptakan dengan cara diraut dan dikorek, dengan memakai pisau untuk meraut bilah dan melubangi biji buah parah, lidi selaku alat mengeluarkan isi/biji buah parah dan melubangi bilah baling-baling dengan besi panas. Dimainkan denga cara menggulung benang terlebih dahulu, kemudian sekali ditarik sekali dilumbar. Gasing Bambum , Terbuat dari bambu dan tali, warna kuning muda, merah hijau, orange dan merah. Teknik buat dengan memakai gergaji untuk memangkas bamboo, pisau untuk meraut bilah dan besi panas untuk melubangi bilah. Dimainkan dengan cara diputar memakai tali. Gasing Pinang , Terbuat dari buah pinang dan lidi bamboo, warna coklat tua dan kuning muda. Teknik buat dengan memakai pisau untuk mengupas buah pinang dan meraut lidi bamboo dan palu untuk memukul lidi bamboo untuk ditancapkan pada pinang. Dimainkan dengan cara diputar dengan tangan. Gasing Alumunium , Terbuat dari logam alumunium dan benang, warna putih. Dibuat dengan memakai paku untuk melubangi lempengan alumunium, palu selaku alat pemukul agar rata, gunting sebagai pemotong dan batu asahan untuk menajamkan mata gasing. 12. Ingkau Sumber : https://budaya-indonesia.org/ lngkau ialah nama permainan dalam bahasa Bengkulu yang artinya Sepatu-bambu. Di daerah lain Ingkau disebut dengan egrang, jajangkungan. Permainan Ingkau (Engkrang) yakni sejenis permainan tradional yang dikerjakan dengan berlangsung di atas 2 potong bambu. Permainan ini berasal dari tempat Bengkulu, lazimnya dimainkan di halaman rumah atau lapangan terbuka, dilakukan pada siang hari akan namun akan lebih baik dilaksanakan di malam hari. Permainan ini umumnya dijalankan oleh kaum laki-laki yang berusia antara 8 tahun - 20 tahun, dijalankan secara perorangan ataupun beregu. Tujuan dari permainan ini untuk memupuk rasa keberanian anak dan melatih keseimbangan badan. Dalam membuat alat untuk permainan Ingkau (Engkrang) ini mesti disediakan 2 potong bambu, yang ukurannya sama sebesar pergelangan tangan. Panjang bambu diperkirakan 4 sampai 8 ruas untuk satu orang. Selanjutnya bambu pertama di atas ruas pertama dilubangi, diberi papan sepanjang tapak kaki untuk daerah berpijak, begitu pula untuk bambu kedua. Cara bermain Ingkau (Engkrang) pegang ujung bambu bagian atas dengan kedua tangan, angkat kaki kanan letakkan di atas papan, selanjutnya kaki kiri dan baru melangkah ke arah yang telah ditentukan. Jika diperlombakan atau pemain yang bagus, siapa yang lebih dulu sampai di finish dan tidak pernah jatuh, dialah yang dianggap sebagai pemenangnya. Permainan Ingkau jika dilakukan pada malam hari, para pemainnya dilengkapi dengan kuting niugh (mayang kelapa yang sudah mati). Cara memakainya, mayang ini diselipkan di antara selah jari, di telinga atau digigit, dan ujungnya diberi api. Adapun tujuan dari mayang yang ujungnya diberi api hanya untuk menakut-nakuti layaknya seperti hantu. 13. Palak Babi/Kepala Babi Permainan ini dinamakan kepala babi, karena rotan pendek yang dipukul dan dilempar. Di kawasan lain permainan ini disebut Patil lele, Patok Lele, atau Gatrik. Pesertanya anak-pria yang berumur 10 hingga 15 tahun. Jumlah jumlah pemain lima atau enam orang dan boleh juga beregu. Peralatan yang digunakan terdiri dari dua potong rotan sebesar ibu jari kaki yang satu (pemukul) panjangnya 40 Cm dan yang satunya lagi (anak) sepanjang 15 Cm. Satu lobang ditanah lebarnya 20 Cm dan dalamnya ± 15 Cm. Para pemain membuat komitmen sebelum permainan dimulai misalnya satu kali permainan (game set) nilai angka 3500, nilai satu pukulan, penjaga mampu menangkap rotan dan mengkalkulasikan jarak nilainya 100. Permainan ini memiliki 4 tahap : Mencungkil (mencongkel). Plang. Kepala babi. Menjual dendeng. Misal, 4 orang pemain. Mula-mula melaksanakan slit dahulu untuk memilih giliran main. Siapa yang mampu giliran pertama main, yang giliran keempat mempertahankan. Yang nomor dua main, yang nomor satu menjaga dan yang nomor tiga main, yang nomor dua menjaga, se'rta jika yang nomor empat main, maka yang nomor tiga mempertahankan. Mencungkil - Anak (rotan pendek) ditaruh melintang diatas lobang. Dengan pemukul (rotan panjang) anak tadi dicongkel dan ditolak sejauh-jauhnya. Yang mempertahankan berupaya menangkap kembali melemparkan kembali kepada si pemain. Plang - Anak (rotan pendek) dan pemukul (rotan panjang) pada satu tangan. Anak dilambungkan ke atas, pemukul cepat memukulnya dan berusaha memukulnya sejauh mungkin. lni dilaksanakan semoga penjaga susah untuk menangkapnya dan jika jauh supaya menyulitkan penjaga melempar menuju lobang. Sebab apabila anak dapat dilempar menuju lobang, pemain mati. Kemudian sampai kemana lemparan penjaga, pemain akan menjumlah jaraknya menggunakan pemukul atau dihitung dari lobang. Tiap satu kali pemukul nilainya 100. ltulah sebabnya pemain berupaya melempar/menghantam anaknya sejauh munkin. Kepala Babi - Anak ditaruh tegak di atas lobang. Pemain menghantam anak dan jika anak sedang melenting, dipukul kembali dengan pemukul. Bila pukulan pertama belum kena, boleh dengan pukulan kedua asal anak masih diudara atau belum jatuh ke tanah. Pemain berupaya menghantam sejauh-jauhnya. Pukulan ini tidak dikembalikan oleh penjaga. Jarak yang dipukul oleh pemain atau dimana anak tadi jatuh, itulah yang dihitung dan cara menghitungnya dari lobang. Apabila anak tadi tidak terpukul atau tidak terkena oleh pemain, pemain mati. Tiap giliran diulang dari awal. Akhimya jikalau pemain satu persatu telah sampai ke game, atau dijanjikan 3.500 nilai, si pemain boleh menunggu. Yang giliran ketiga dan keempat saja meneruskan pernainan. Berusaha menjadi pemenang, sebab siapa yang kalah akan mencilok dendeng (mencuri dendeng). Mencilok dendeng ( Mencuri dendeng ) - Pemain pertama meletakkan anak atau rotan pendek melintang di atas lobang. Mencongkel dengan pemukul sejauh mungkin. Pemain yang kalah ini akan mengambilnya. Rotan itu ditaruhnya di sebelah kaki, misalnya kaki kiri. Kaki ini tidak boleh ditaruh atau menyinggung tanah. Kaprikornus dengan kaki sebelah, ia melompat-lompat diiringi oleh sorak dan sorai serta ucapan celok-dendeng, celok dendeng dan kawan-mitra menuju kelobang. Kemudian giliran pemenang kedua pula berbuat seperti pemenang pertama tadi, seterusnya pemenang ketiga demikian pula. Yang kalah tiga kali terpaksa mundar mandir diiringi sorak sorai dan ucapan cilok dendeng, cilok dendeng, cilok dendeng. 14. Kucing-kucing atau Bekel Kucing-kucing atau Bekel ialah permainan yangbiasanya dimainkan oleh anak perempuan. Untuk mengawali permainan, mesti ada 6 buah biji congklak atau sejenis cangkang kerang atau lazimdisebut “kucing-kucing” dan satu bola tenis. Pemain harus melempar bola ke atas dan ambil “kuciang-kuciang” tadi. Saat permainan dilakukan, terdapat tahap-tahap permainan. Di antaranya adalah setelah melempar bola ke atas, maka pemain mesti merubah beberapa kucing-kucing dari posisi asalnya. 15. Kucing Rabun Permainan kucing rabun yaitu permainan menebak nama sobat oleh orang yang menjadi kucing rabun yang matanya ditutup dengan kain. Permainan kucing rabun sering dijalankan pada dikala ada perayaan-perayaan akad nikah dan pada sore hari pada dikala belum dewasa pulang sekolah. Tempat melakukan permainan ini adalah di halaman rumah dan lapangan terbuka. Peserta permainan kucing rabun yakni anak pria atau anak perempuan ataupun gabungan keduanya yang berusia antara 6 tahun – 13 tahun dengan jumlah minimal 3 orang. Sebelum permainan dimulai, lebih dulu dibuat bulat dengan ukuran jari-jari 1,5 m – 2 m kain epilog mata warna hitam berukuran 50 x 100 cm. Untuk menentukan siapa yang pertama kali menjadi kucing rabun lebih dahulu diadakan ansum atau suit. Pemain yang menjadi kucing rabun, matanya ditutup oleh pemain lainnya dengan kain berwarna hitam yang dikaitkan pada bagian belakang kepala. Setelah matanya ditutup, kucing rabun menjauh dari kawasan tersebut dan pemain yang lain siap untuk dicari. Apabila seorang pemain tertangkap ia dihentikan lari, kucing rabun boleh menggerayangi pemain yang tertangkap dengan tujuan untuk mengenalinya, dan untuk selanjutnya kucing rabun menyebutkan nama orang yang tertangkap tersebut. Jika tebakannya benar maka orang yang tertangkap itu akan menjadi kucing rabun dan kucing rabun sebelumnya akan menjadi pemain. Demikian juga halnya kalau seorang pemain menginjak garis lingkaran, maka orang tersebut harus menjadi kucing rabun dan kucing rabun sebelumnya terlepas dari tugasnya. 16. Layang-layang Sumber: Richa Gambar Layang-layang, layangan, atau wau (di sebagian daerah Semenanjung Malaya) ialah lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang mempergunakan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia selaku alat permainan. Layang-layang merupakan salah satu permainan tradisional dari Indonesia. Layang-layang sering dimainkan oleh belum dewasa di tanah lapang. Tidak cuma bawah umur, orang akil balig cukup akal dan orang bau tanah juga ikut bermain layang-layang. Setiap kawasan memiliki keunikan atau ciri khas perihal layang-layang. Beberapa layang-layang yang diketahui di Bengkulu yaitu layang-layang berbentuk Burung, Kupu-kupu, Lipan atau Kelabang, Kapal Laut, jenis layang-layang dengung, layang-layang beranak, dan Ikan. 17. Lompek Kodok Lompek Kodok ialah bahasa Daerah Bengkulu yang dalam bahasa Indonesianya yakni'Lompat Katak. Pesertanya terdiri dari anak-anak wanita usia sekitar 6 sampai 12 tahun. Kadang-kadang ada juga anak pria yang turut: Anak wanita yang lebih besar malu bermain alasannya permainan ini melompat-lompat. Tetapi permainan ini sebenamya adalah permainan anak-anak wanita. Jumlahnya boleh hingga enam anak. Peralatan/Perlengkapan: Tiap orang menawarkan cuilan kaca yang berbeda bentuk atau warna. Atau duit Belanda yang yang dibuat dari tembaga. Dan sebuah gambar ditanah atau disemen. (sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/ ) Keterangan: - 1, 2 dan 3 adalah tangga. - 4, 5 dan 6 sayap. - 7 tengah, kawasan berpijak dua kaki. - X serong, untuk tangga perlindungan. Permainan ini terbagi 5 tahap atau gerak : a. Melompat dengan kaki sebelah. b. Hidup mati. c. Kelling Kota. d. Jual apam (apam = jenis kudapan manis). e. Tukak ayam (koreng = kudis. f. Keliling kota. 18. Luko Gilo atau Bubu Gila Sumber: Loka Data Luko Gilo atau bubu ajaib yaitu sejenis permainan tradisional yang menggunakan bubu, yaitu sejenis alat perangkap ikan yang terbuat dari rautan bambu yang dijalin rotan dan diselubungi pakaian berwarna hitam. Luko Gilo atau bubu ajaib yakni jenis permainan rakyat penduduk Suku Lembak Delapan, salah satu suku yang menempati daerah Provinsi Bengkulu. Lukah Gilo mirip dengan jailangkung yang dikendalikan oleh seorang pawang. Luko Gilo dimainkan oleh 8 orang yang duduk. Satu orang memegang alat tangkap bubu, satu lagi memegang jalinan lidi kelapa yang dipukul ke suatu triplik berukuran kecil dan menghasilkan bebunyian. Si pemukul tersebut selain memukulkan lidi kelapa ke triplek menghasilkan suara tampak bernyanyi dengan bahasa " suku lembak delapan ". Saat triplek dipukul menghasilkan bunyi, alat tangkap ikan tersebut akan bergerak mirip menari melompat-lompat, mirip ada sesuatu yang tak tampakmata menggerakkan bubu itu melompat-lompat. 19. Nganjur Nganjur ialah nama sejenis permainan dari tempat Propinsi Bengkulu, yang artinya yakni mengadu ayam dengan mencari ayam-ayam yang lepas di Kampung-Kampung. 20. Pencak Pencak adalah nama salah satu jenis permainan rakyat kawasan Propinsi Bengkulu, pencak boleh juga disebut Pecak . Permainan ini diiringi oleh Kelenengan atau Gamelan. Tetapi bila pemainnya tidak memerlukan iringan, maka iringan tersebut boleh ditiadakan. Pemain yang sudah benar-benarmenguasai permainan, dibutuhkan akan dapat mempergunakan untuk bela diri. Sebelum permainan dimulai, diadakan upacara pembukaannya dan pribadi memilih pemain-pemain lainnya suku. Kemudian ditentukan tata tertib atau ketentuan permainan baik dalam tembang pencak maupun dalam kompetisi menggunakan senjata tajam. Selain itu, juga diputuskan batas-batas-batasan menang atau kalahnya. 21. Sarentam/Segerentam Serentam ialah istilah penduduk Suku Bangsa Serawai Kecamatan Manna, Kecamatan Talo dan Kecamatan Pino. Sedangkan sebutan di-Kecamatan Seluma yakni Entam Ayam. Permainan ini lazimdilakukan pada waktu sore hari ketika orang ramai-ramai turun mandi di sungai, alasannya biasanya lokasi permainan ini dilaksanakan di sekitar pemandian. Adapun hukum-hukum permainan, sebagai berikut: Tidak diperkenankan menerjang bagian leher ke atas, bagian dada dan menerjang di sekitar daerah kemaluan. Tidak dibenarkan berlari ke daratan atau berlari terlepas dari air. Hanya diperkenankan menerjang dengan kedua belah kaki, dan dilarang memanfaatkan anggota yang lain. Pemimpin kalangan berhak mengeluarkan/memberhentikan pemain yang tidak patuh dengan aturan permainan. Pemimpin kalangan akan dikeluarkan oleh se1uruh anggota kalau temyata melanggar aturan permainan. Apabila seluruh anggota golongan mengaku sudah kekurangan tenaga, dan tidak bisa lagi untuk melawan serangan musuh, maka pada saat itu golongan tersebut dinyatakan kalah. Permainan mampu dilarang, bila kedua bela pihak setuju untuk menghentikan permainan. 22. Sekejar Lapangan Permainan Sekejar (sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/ ) Sekejar adalah permainan dari Bengkulu. Dinamakan sekejar, alasannya adalah sepanjang pelaksanaan permainan, para pemainnya selalu saling kejar mengejar. Permainan ini boleh dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat. Persyaratan untuk mampu berlangsungnya jenis permainan ini mesti mengumpulkan pemain sekurang-kurangnya6 orang. Orang yang lebih dahulu turun dari gawang, mampu ditangkap oleh orang yang lalu turun. Atau jelasnya orang yang kemudian turun dari rumah, berhak menangkap orang yang dahulu turun dari rumah. 23. Sekerung Sekerung adalah nama sejenis permainan rakyat daerah Propinsi Bengkulu, yang asal katanya ialah kerungan atau dalam bahasa Indonesia yakni lingkaran. Kaprikornus permainan ini cuma dijalankan pada satu bulat di atas tanah. Jumlah pemain pada permainan ini sekurang-kurangnya2 orang. Sedangkan jumlah optimal tidak ada ketentuan. Hanya saja jumlah maksimal yang dianggap sedang, adalah berkisar antara 5 atau 6 orang. Permainan ini digemari oleh bawah umur wanita dan pria. Perlengkapan yang dibutuhkan yakni pecanan atau potongan pinggan porselin. Selain itu, setiap pemain menyediakan sepotong pecahan bambu sebesar kelingking dan ujungnya diruncingkan, sehingga gampang menembus tanah. Saat permainan dimulai, bersama-sama mereka menuju tepi arena pernainan atau menuju bundar-bulat yang tertera pada bagan. Kemudian mereka membuat lingkaran kecil dengan garis tengah sepanjang 40 Cm. Di dalam lingkaran yang bergaris menengah 40 Cm tersebut, masing-masing pemain menankepingan porselin atau biasa disebut emas. 24. Selaut Denah Permainan Selaut (sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/ ) Selaut yaitu nama satu jenis petrnainan Rakyat Daerah Bengkulu. Permainan ini dinamakan selaut, sebab dalam garis-garis permainan ada yang dinamakan laut. Peserta permainan ini cuma dapat dilaksanakan oleh dua orang sampai lebih. Permainan ini dapat dilaksanakan oleh aneka macam tingkatan, laki-laki dan perempuan. Untuk mengerjakan buah permainan senantiasa menyusuri garis perrnainan yang lurus dan tidak terhalang dengan buah lain. Dan jalan buah tersebut selalu dari konferensi garis sampai ke konferensi garis. Kaprikornus letak buah selalu pada pertemuan garis. Tidak dibenarkan menyeberangi lautan. Kalau seorang pemain tidak ada jalan untuk melakukan buahnya kecuali jalan lautan, maka pemain tersebut dianggap kalah. Justru alasannya adalah itu dalam menjalankan buah, Pemain mesti dapat memperhitungkan langkah-langkah selanjutnya biar tidak dapat dikurung musuh, dan sebaliknya mereka dalam melaksanakan buah senantiasa berusaha untuk mengurung buah lawan. 25. Sembunyi Di Terang Bulan Permainan jenis ini cuma dijalankan dikala jelas bulan. Peralatannya hanyalah kayu bakar yang telah dipotong-potong, lalu disusun dari bawah ke atas. Permainan ini umumnya dilaksanakan di halaman rumah. Tinggi susunan kayu bakar, umumnya melampaui tinggi badan bawah umur usia 10-13 tahun. Cara bermainnya, mereka memulai dari suten (suit). Siapa yang kalah untuk beberapa dikala mesti menutup mata. Kemudian, mencari sobat-temannya di antara susunan kayu bakar yang mereka buat. Permainan ini dijalankan anak laki-laki dan perempuan. Biasanya mereka lakukan setelah pulang mengaji atau menjelang tidur. Ketika yang kalah (si pencari) memperoleh temannya di dalam tumpukan kayu bakar yang disusun, ia harus menebak, siapa gerangan yang ada di dalam. Jika dia salah menebak, maka dia tetap kalah. Demikianlah seterusnya. 26. Setegur Sayak Setegur Sayak (sayak=tempurung kelapa) adalah nama suatu permainan dari kawasan Kecarnatan Talo, Kabupaten Bengkulu Selatan. Di tempat lain jenis permainan ini disebut dengan nama palak-sayak, main gundu dan main rirnbang. Permainan dikerjakan dengan melempar sayak menggunakan gundu (suatu batu sebesar kepalan tinju). Pelempar yang mampu perihal tempurung berhak mendapatkan tempurung. 27. Sledur/Gobak Sodor Anak anak Sekolah sedang bermain Cak Bur, Galasin atau Gobak sodor. (Foto : Aktual ) Gobak sodor atau galah asin adalah sejenis permainan kawasan dari Indonesia. Permainan ini yakni sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya yakni menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk menjangkau kemenangan seluruh anggota grup mesti secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang sudah diputuskan. Permainan ini lazimnya dimainkan di lapangan badminton dengan teladan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian umumnya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang menerima giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, adalah anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang menerima peran untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk membatasi lawan mereka yang juga berupaya untuk melalui garis batas yang sudah diputuskan selaku garis batas bebas. Bagi anggota grup yang menerima tugas untuk menjaga garis batas vertikal (biasanya cuma satu orang), maka orang ini mempunyai jalan masuk untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat susah alasannya adalah setiap orang mesti selalu berjaga dan berlari secepat mungkin kalau dibutuhkan untuk menjangkau kemenangan. 28. Slulut Permainan ini sangat disukai belum dewasa Rejang di Lebong, khususnya di dusun mereka banyak tebing. Slulut (bersilancar dengan pelepah daun pinang) memakai pelepah pinang yang bau tanah yang sudah jatuh. Pelepah daun pinang itu bagian daunnya dipotong dan tinggal beberapa centimeter untuk pegangan.Satu pelepah daun pinang itu mampu dinaiki sekitar 3 s/d 4 anak. Dan yang paling depan menjadi sopir memegang tanggai pelepah daun pinang. Mereka bia bermain di tanah yang miring. Artinya, tanah yang bisa membuat mereka merosot dari atas ke bawah. Permainan itu sungguh menyenangkan bagi belum dewasa terutama di Kotadonok, Talangratu, Rimbo Pengadang, dan Tapus. 29. Yeye Permainan yeye tidak lain yaitu permainan loncat tinggi. Alat yang digunakan dalam permainan tersebut yakni tali dengan untaian gelang karet. Panjang tali karet antara dua sampai dua setengah meter. Jumlah pemain yang terlibat dalam permainan ini, paling sedikit tiga orang. Di kawasan lain indonesia disebut dengan nama yang berbeda misal dengan nama Tali Merdeka (Riau), Lompatan dan lain-lain. Sumber https://sarankeuangan.blogspot.com
Jumat, 28 Februari 2020
29 Permainan Orisinil Khas Bengkulu Yang Sudah Jarang Dimainkan
Diterbitkan Februari 28, 2020
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon