Senin, 01 Maret 2021

[Ringkasan Singkat] Sejarah Kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit merupakan satu di antara bebrapa kerajaan dengan corak Hindu-Budha yang berkuasa dan menjadi bagian penting dari sejarah nusantara. Kata nusantara mengacu pada kawasan yang meliputi gugusan pulau yang terdapat di antara benua Asia dan Australia serta Semenanjung Malaya. Majapahit tercatat sebagai kerajaan Hindu terbesar yang pernah menguasai nusantara. Sejarah juga mencatat bahwa kerajaan Majapahit menjadi kerajaan dengan corak Hindu-Budha terakhir yang menguasai nusantara. Sejarah nusantara berkaitan erat dengan sejarah kerajaan Majapahit. Keberadaan kerajaan Majapahit berkaitan dengan sejarah kerajaan Singasari. Sehingga, sejarah nusantara mempunyai hubungan dengan sejarah kerajaan singsari dan majapahit.





Sumber sejarah kerajaan majapahit berasal dari kitab Pararaton, Negarakertagama, Sundayana, dan Usaha Jawa. Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya sekaligus sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit. Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit berada pada masa kepemimpinan Raja Hayam Wuruk. Patih yang berjasa mempersatukan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit adalah Gadjah Mada. Pujangga Majapahit yang menulis kitab Negarakertagama adalah Mpu Prapanca. Wilayah kekuasaan majapahit meliputi Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, sebagian Kalimantan, hingga beberapa wilayah Indonesia timur.





Sejarah Kerajaan Majapahit




Bagaimana awal berdirinya kerajaan majapahit? Faktor-faktor apa saja yang membuat runtuhnya kerajaan majapahit? Apa saja catatan sejarah tentang kerajaan Majapahit? Sobat idschool dapat mencari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah.





Baca Juga: Tradisi Baritan – Kebudayaan Indonesia





Awal Berdirinya Kerajaan Majapahit





Sejarah berdirinya kerajaan Majapahit berawal dari pemberontakan Jayakatwang dari kerajaan Kediri ke Kerajaan Singosari. Pada waktu itu, Kerajaan Singosari berada di bawah pimpinan Raja Kertanegara. Menghadapi serangan tersebut, Kartanegara memerintahkan Raden Wijaya untuk memimpin pasukan dalam melawan serangan Jayakatwang.





Raden Wijaya berhasil menaklukan pasukan Jayakatwang yang menyerang dari arah utara Singosari dan berhasil memukul mundur musuh. Namun, pasukan pemberontak yang lebih besar datang dari arah selatan dan menewaskan Kertanagara. Terbunuhnya Kertanegara dari kerajaan Singasari inilah yang kemudian menjadi awal cerita didirikannya kerajaan Majapahit.





Masa Pra Sejarah Kerajaan Majapahit





Singasari merupakan kerajaan paling kuat di Jawa pada waktu itu. Kondisi tersebut menjadi perhatian Kubilai Khan (penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok) untuk menuntut upeti dan mengirim utusan bernama Meng Chi ke Kerajaan Singosari. Raja Kertanagara menolak membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajah dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa.





Nantinya, pasukan yang dikirimkan Kubilai Khan akan menjadi sekutu Raden Wijaya dalam menaklukan Jayakatwang.





Sementara itu, kekelahan Kerajaan Singasari mempertahankan kekuasaan membuat Raden Wijaya harus melarikan diri karena terus mendapat desakan dari musuh. Raden Wijaya melarikan diri ke Madura dan menemui seorang Adipati bernama Aria Wiraraja untuk meminta pertolongan.





Aria Wiraraja menyarakan untuk pura-pura menyerah kepada Jayakatwang agar mendapat kepercayaan. Setelah Jayakatwang percaya, Raden Wijaya meminta sebuah wilayah di daerah Tarik yang akan digunakan sebagai pertahanan dari musuh.





Cikal Bakal Berdirinya Sejarah Kerajaan Majapahit





Raden Wijaya dengan bantuan Aria Wiraraja membuka daerah Tarik berupa hutan menjadi sebuah daerah bernama Majapahit. Nama Majaphit berasal dari banyaknya buah pohon maja yang rasanya pahit di daerah tersebut, penggabungan dua kata tersebut menjadi nama Majapahit.





Daerah inilah yang nantinya menjadi tempat awal bagi Raden Wijaya dan pengikutnya untuk mendirikan kerajaan Majapahit. Raden Wijaya secara diam-diam mengumpulkan pengikut dan membentuk kekuatan untuk membalas Jayakatwang.





Pasukan yang dikirimkan Kubilai Khan sampai di Pulau Jawa. Pada awalnya, pasukan tersebut hendak membalas perbuatan Raja Kertanegara. Namun, pada waktu itu Raja Kertanegara sudah terbunuh oleh Jayakatwang dan pemerintahan sudah berubah.





Raden Wijaya memanfaatkan kondisi tersebut dengan berjanji akan menyerah kepada pasukan Mongol setelah mengalahkan Jayaktwang. Akhirnya, Raden Wijaya dan pasukan Mongol menjadi sekutu dan berhasil mengalahkan Jayakatwang.





Raden Wijaya tidak menepati janjinya kepada pasukan Mongul, malah berhasil mengusir pasukan Mongol dari Pulau Jawa. Raden Wijaya selanjutnya mulai mendirikan dan membangun kerjaan Majaphit sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit.





Baca Juga: Sejarah Lahirnya Pancasila





Masa Sejarah Kerajaan Majapahit





Daerah pemberian Jayakatwang tersebut menjadi awal cerita dari Kerajaan Majapahit. Majapahit berkembang menjadi kerajaan besar, bahkan tercatat sebagai kerajaan Hindu terbesar yang pernah menguasai nusantara. Pusat kerajaan Majapahit diperkirakan berada di daerah Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.





Kerajaan Majapahit berkuasa sekitar tahun 1293 hingga 1500 M di bawah pimpinan beberapa raja. Beberapa sejarah kepemimpinan raja-raja kerajaan Majapahit dapat disimak melalui ulasan di bawah.   





Raja Raden Wijaya: 1293  1309





Setelah berhasil mengusir pasukan Kubilai Khan pada tahun 1293, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertajasa Jayawardhana.





Beberapa upaya dilakukan Raden Wijaya untuk membentuk pemerintahan yang kuat, salah satunya adalah membangun Majapahit sebagai pusat pemerintahan. Cara lain yang juga dilakukan oleh Raden Wijaya adalah mengawini empat putri raja Kertanegara.





Selain itu, Raden Wijaya juga memberi kekuasaan kepada para sahabat dan pengikutnya. Meskipun begitu, beberapa orang kepercayaan Kertarajasa tidak puas dan melakukan pemberontakan. Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak dan melawannya meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan tersebut disebutkan dalam kitab Pararaton.





Raden Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309, kemudian kepemimpinan kerajaan Majapahit jatuh kepada putranya Jayanegara.





Raja Jayanegara: 1309  1328





Sepeninggal Kertajasa, putra Raden Wijaya yang bernama Jayanegara yang menjadi raja. Jayanegara menjadi raja di usia yang sangat muda yaitu 15 tahun. Pararaton menyebutnya sebagai Kala Gemet yang berarti penjahat lemah.





Pemberontakan juga muncul pada masa pemerintahan Jayanegara karena Jayanegara adalah raja yang lemah. Namun, Gajah Mada berhasil memimpin pasukan Bhayangkari untuk menghentikan pemberontakan tersebut. Atas jasanya, Gajah Mada menjadi patih Kahuripan.





Raja Jayanegara terbunuh oleh seorang tabib kerajaan bernama Tanca pada tahun 1328. Selanjutnya, kepemimpinan Kerajaan Majapahit beralih ke adiknya yang bernama Tribhuwana Wijaya Tunggadewi.





Ratu Tribhuwana Tunggadewi: 1328 – 1350





Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Pada masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi juga tidak berjalan mulus dan terjadi pemberontakan. Pemberontakan tersebut dapat dihentikan oleh Gajah Mada . Atas jasanya, Tribhuwana Tunggadewi menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit pada tahun 1336.





Pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan.





Sumpah Palapa (dalam kitab Pararaton) berbunyi:





Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.





Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.





Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai tahun 1350 yang kemudian diteruskan oleh putranya yaitu Hayam Wuruk.





Raja Hayam Wuruk: 1350 – 1389





Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara mulai tahun 1350. Pada masa kekuasaan Hayam Wuruk bersama dengan mahapatih Gajah Mada, kerajaan Majapahit dapat mencapai puncak kejayaan. Gajah Mada mampu mengaplikasikan sumpah Amukti Palapanya sehingga menjadikannya patih yang paling disegani di Kerajaan Majapahit.





Pada masa pemerintahan Rajasanegara, daerah kekuasaan kerajaan Majapahit hampir meliputi seluruh Nusantara dan berkembang menjadi kerajaan martim sekaligus agraris.





Namun, kerajaan Pajajaran (Sunda) belum berhasil dikuasai kerajaan Majapahit. Sebagai upaya menguasai kerajaan Pajajaran, Gajah Mada melakukan politik perkawinan yang berakibat terjadinya peristiwa Bubat.





Peristiwa Bubat terjadi karena Hayam Wuruk berniat menikahi putri raja Pajajaran yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi. Namun rencana tersebut dijadikan sebagai upaya Gajah Mada untuk merebut kekuasan Kerajaan Pajajaran. Cara tersebut membuat raja Kerajaan Pajajaran murka sehingga terjadilah peperangan yang menyebabkan raja dan pasukan Pajajaran terbunuh. Dyah Pitaloka kemudian melakukan bunuh diri demi menjaga kehormatan kerajaannya.





Pada tahun 1364, Gajah Mada meninggal yang sangat berpengaruh pada kondisi kerajaan. Meninggalnya Gajah Mada membuat pemerintahan Hayam Wuruk mengalami kemunduran. Pada tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal yang kemudian digantikan oleh Wikramawardhana.





Raja Wikramawardhana (1389 – 1429) dan Setelahnya





Kondisi politik Majapahit diwarnai oleh Perang Paregreg pada masa kepemimpinan raja Wikramawardhana. Perang Paregreg adalah perang saudara antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabumi. Setelah Wikrawardhana, beberapa nama yang mendudukan tahta raja kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut.





  1. Suhita (Dyah Ayu Kencana Wungu): 1429 – 1447
  2. Kertawijaya (Brawijaya I) 1447 – 1451
  3. Rajasawardhana (Brawijaya II) 1451 – 1453
  4. Purwawisesa atau Girishawardhana (Brawijaya III) 1456 – 1466
  5. Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa (Brawijaya IV) 1466 – 1468
  6. Bhre Kertabumi (Brawijaya V) 1468 – 1478
  7. Girindrawardhana (Brawijaya VI) 1478 – 1498
  8. Patih Udara 1498 – 1518




Perang Paregreg terus berkelanjutan dan menyebabkan kekuasaan Majapahit melemah. Pudarnya kekuasaan Majapahit membuat banyak daerah kekuasaannya melepaskan diri, sampai pada akhirnya kerajaan Majapahit runtuh.





Baca Juga: Isi Tritura dan Latar Belakang yang Melandasinya – Sejarah Politik Indonesia





Runtuhnya Kerajaan Majaphit





Sejarah mencatat runtuhnya kerajaan Majapahit dalam dua pendapat. Pertama, Majapahit runtuh tahun 1478 ketika Girindrawardhana memisahkan diri dari Majapahit dan menamakan dirinya sebagai Raja Wilwatikta Daha Janggala Kediri. Kedua, Majapahit runtuh karena serangan kerajaan Demak yang dipimpin oleh Adipati Unus tahun 1522.





Beberapa poin faktor-faktor penyebab kemunduran atau runtuhnya kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut.





  • Tidak ada tokoh yang cakap memerintah sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada
  • Terjadi perang saudara antara Bhre Wirabumi dengan Kusumawardani (Perang Paregreg)
  • Banyak daerah kekuasaan kerajaan Majaphit yang melepaskan diri
  • Perkembangan kerajaan perdagangan baru yaitu Kerajaan Islam Malaka​




Baca Juga: Penjelasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Runtuhnya Kerajaan Majapahit





Demikianlah tadi ulasan materi ringkasan singkat sejarah kerajaan Majapahit. Terimakasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!



Sumber gini.com


EmoticonEmoticon