Jumat, 11 September 2020

Teknologi Mortar Busa Sebagai Solusi Konstruksi Infrastruktur Di Tanah Lunak

Update seputar Infrastruktur Indonesia, kali ini ada isu tentang perkembangan teknologi dalam membangun Infrastruktur Indonesia yaitu,

"Kementerian PUPR Kembangkan Teknologi Mortar Busa selaku Solusi Konstruksi Infrastruktur di Tanah Lunak."

Kondisi Daratan Indonesia

Diperkirakan sekitar 20 juta hektar atau sekitar 10 persen dari luas total daratan Indonesia ialah tanah lunak. Penyebaran tanah lunak umumnya ditemui pada daerah dataran pantai, antara lain di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, pantai timur Pulau Sumatera, pantai selatan Pulau Kalimantan, pantai timur Pulau Kalimantan, pantai selatan Pulau Sulawesi, pantai barat Pulau Papua dan pantai selatan Pulau Papua.

Kondisi ini menciptakan daya dukung tanah rendah sehingga tidak dapat menyokong struktur bangunan di atasnya dengan baik, seperti membuat jalan amblas dan keretakan gedung. 

PUPR mengembangkan Teknologi Mortar Busa

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) berbagi Teknologi Mortar Busa.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mendorong para peneliti untuk menghasilkan karya yang memberikan imbas kasatmata bagi penyediaan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dengan tetap memperhatikan standar murah, mudah, cepat dan berkelanjutan.

“Hasil-hasil Litbang sangat penting untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan infrastruktur melalui inovasi-penemuan yang lebih murah, lebih cepat dan lebih baik, ” kata Menteri Basuki beberapa dikala lalu.

Teknologi Mortar Busa

Mortar busa ialah optimalisasi penggunaan busa (foam) dengan mortar (pasir, semen dan air) berkekuatan tinggi sehingga ideal menjadi dasar atau perkerasan jalan pada tanah lunak yang dikembangkan oleh Pusat Jalan dan Jembatan (Pusjatan). 

Mortar busa memiliki berat yang ringan di mana massa jenis maksimum 0,8 ton/m3 untuk lapis base dengan UCS minimum 2.000 kilogram/cm2, serta massa jenis maksimum 0,6 ton/m3 untuk lapis sub-base dengan UCS minimum 800 kilogram/cm2. Seperti mortar beton, mortar busa juga mempunyai sifat memadat sendiri.

Keunggulan Teknologi Mortar Busa

  • Keunggulan dari teknologi ini di antaranya adalah dapat meminimalkan dana hingga 60-70 persen 
  • Dapat meminimalisir waktu pengerjaan sampai 50 persen bila daripada konstruksi konvensional. 
  • Ramah lingkungan karena menggunakan lebih minim material konstruksi terutama materi alam.

Penggunaan Teknologi Mortar Busa

Salah satu pemanfaatan teknologi mortar busa ini adalah Jalan Layang Antapani di Bandung, Jawa Barat. Jalan Layang Antapani merupakan pilot project teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP) yang gres pertama kali dipraktekkan di Indonesia. 

CMP yakni pengembangan teknologi mortar busa yang dikombinasikan dengan struktur baja bergelombang. Pekerjaan lainnya antara lain Flyover Klonengan di Tegal dan Flyover Manahan di Solo.

Teknologi mortar busa ini digunakan sebagai pengganti timbunan tanah, atau sub base yang umumnya dipakai tanpa membutuhkan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak membutuhkan dinding penahan serta tidak perlu alat pemadat sebab mampu memadat dengan sendirinya. 

Penggunaan baja bergelombang, selain mempercepat waktu pelaksanaan pembangunan jalan layang juga lebih efisien secara pembiayaan.

Itulah berita tentang Kementerian PUPR Kembangkan Teknologi Mortar Busa sebagai Solusi Konstruksi Infrastruktur di Tanah Lunak.
Sumber: pu.go.id/isu

Baca Juga


Sumber https://www.arsimedia.com/


EmoticonEmoticon