Senin, 17 Februari 2020

5 Penyebab Utama Mengapa Indonesia Miskin

Indonesia populer sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan keindahan tanaman dan fauna yang tiada duanya. Sumber daya alamnya gemah ripah loh jinawi. Namun dibalik keindahan dan kekayaan alamnya, Negara kita tersayang Indonesia menghadapi persoalan yang tak kunjung selesai semenjak pertama kali negara berdiri. Apakah duduk perkara itu? Masalah tersebut tak lain dan tak bukan yakni kemiskinan. Dengan padatnya penduduk di indonesia, membuat jumlah masyarakatyang hidup dalam kondisi tidak layak juga semakin banyak. Belum lagi pertumbuhan teknologi yang semakin pesat membuat penduduk Indonesia harus berkompetisi dengan mesin dan robot yang pastinya lebih cerdas dan cepat dalam menciptakan produk. Sebenarnya ada berbagai faktor-aspek yang membuat penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan, tetapi postingan ini tidak akan cukup untuk menuliskan semua aspek-faktor tersebut. Oleh alasannya adalah itu kita akan membahas beberapa diantara saja, langsung simak pembahasannya berikut ini: 1. Budaya Tidak mampu dipungkiri lagi bahwa budaya dapat berpengaruh dalam perkonomian negara. Negara yang maju dan kaya cenderung memiliki budaya yang dapat membangun perekonomian sedangkan negara yang miskin tidak mempunyai budaya yang berpengaruh besar terhadap perekonomian. Kita lihat negara mirip Amerika Serikat dan Inggris, walaupun budaya mereka banyak yang negatif dan tidak bermoral seperti meminum minuman keras, suka ke klub malam, dan seks bebas, tetapi mereka mempunyai budaya yang cukup membantu perkembangan negara seperti budaya membaca buku yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, budaya melakukan eksperimen dan menciptakan pengetahuan gres yang lalu menciptakan teknologi yang dapat menyokong perekonomian mereka. Berbeda halnya dengan dengan Negara yang masih meningkat , kebanyakan kaya akan budaya dan budbahasa istiadat, namun sayang semua itu masih primitif dan belum mampu dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian. Negara yang berkembang dulunya menggunakan banyak waktunya untuk menciptakan budaya baru, risikonya beragam budaya berhasil diciptakan, akan namun budaya tersebut pada umumnya bersifat tahayul dan tidak masuk nalar sehingga melakukannya yakni hal yang sia-sia. Sedangkan untuk negara maju mereka tidak memiliki banyak budaya atau mampu disebut miskin budaya tetapi mempunyai kebiasaan dan budaya yang terus ditekuini dan terbukti mampu memajukan kekayaan mereka mirip penciptaan teknologi mesin uap (revolusi industri) yang menciptakan buatan kian efisien, inovasi komputer, inovasi pesawat, obat-obatan dan lain-lain. Selain itu budaya menjadi PNS masih saja menempel pada masyarakatIndonesia, berdasarkan sebagian besar penduduk Indonesia PNS yakni pekerjaan yang menyenangkan, bergaji besar dan dapat pensiun. Memang tidak ada yang salah dengan PNS tetapi akan lebih baik lagi jikalau kita bisa menjadi orang yang banyak berguna bagi banyak orang dengan menjadi seorang usahawan yang bisa membantu mengurangi kemiskinan di Indonesia. Kalau di negara kita PNS yakni profesi favorit berlawanan halnya dengan negara maju, PNS bukanlah profesi yang banyak diminati, banyak sekali pekerjaan yang mampu meningkatkan perekonomian negara. Contohnya seperti ilmuwan, tidak mirip di Indonesia imuwan disana sangat dihargai dan digaji besar. Bukan hanya perusahaan pencari keuntungan yang mempekerjakan ilmuwan, pemerintah dan perusahaan nirlaba juga memakai ilmuwan untuk membuat teknologi baru. Ilmuwan tersebut dapat mengganti dunia dengan penciptaan teknologinya, mirip teknologi nuklir. 2. Cinta Negara Sendiri ? Kita selalu digembor-gemborkan untuk cinta tanah air, cinta negeri sendiri dan membela negara. Setiap sekolah selalu diwajibkan melantunkan sila pancasila maupun lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setiap hari tertentu kita memperingati hari Nasional bukan cuma sebagai rasa terima kasih terhadap jasa para jagoan tetapi juga selaku bentuk rasa cinta kita kepada negara Indonesia. Kita memang sayang negara kita tersayang Indonesia tetapi cuma sebatas ucapan dan rasa, tidak ada upaya aktual untuk menyebabkan negara kita terdepan dan maju. Kita cinta Indonesia namun nyaris setiap produk yang kita beli yakni produk aneh. Smartphone brand Xiaomi bikinan Cina, TV merk Toshiba buatan jepang, motor merk Honda buatan Jepang, kendaraan beroda empat Toyota buatan jepang dan masih banyak lagi. Memang produk dalam negeri masih tergolong kurang anggun kualitasnya namun bukan mempunyai arti kita terus menerus membeli produk mancanegara. Yang kita fikirkan adalah kita merasa puas dengan produk yang kita pakai, tidak menghiraukan apakah produk tersebut dapat memperkaya negara lain dan menggerus produk setempat. Pemerintah juga tidak mempunyai usaha yang tegas untuk membatasi produk aneh, bahkan bahan pokok mirip beras masih impor. Memang benar dengan begitu rakyat hidup sejahtera namun kesejahteraan yang didapat dari hasil produksi negara lain bukanlah kesejahteraan yang bahu-membahu, itu sama saja dengan terus menggantungkan diri pada negara lain. Berbeda halnya dengan negara Amerika Serikat, mereka memiliki tolok ukur ketat untuk produk asing yang akan masuk ke dalam negaranya. Hanya produk yang mempunyai kualitas terbaik yang bisa bertahan di sana, itu membuat produk ajaib kesulitan untuk memasarkan di sana. Kita tidak akan banyak menemui motor atau mobil buatan jepang mirip di Indonesia. Mayoritas kendaraan beroda empat dan motor disana produksi negara sendiri seperti Ford, Chevrolet, dan lain-lain. Mereka sedikit “licik’” dalam hal ekspor impor. Pemerintah disana menerapkan peraturan ketat agar produk luar tidak mampu masuk dengan gampang dan untuk ekspor mereka gembor-gemborkan sebanyak-banyaknya ke negara lain karena dapat memperkaya negara tersebut. Selain itu jika mereka cinta pada negaranya maka mereka dengan sekuat tenaga akan merealisasikan negaranya untuk menjadi negara paling berkuasa dan maju di dunia. 3. Ilmu Pengetahuan Masih Sebatas Ajaran Di indonesia berbagai yang ingin menjadi guru karena selain memiliki jasa besar terhadap para penerus bangsa juga merupakan tindakan yang mulia. Guru ialah jagoan tanpa tanda jasa yang mempunyai tugas berat dalam mengemban amanah yaitu mencerdaskan generasi penerus bangsa. Namun sayang, guru mengajarkan ilmu pengetahuan ke anak-anaknya kemudian anaknya menjadi guru lagi dan mengajarkan ilmu yang diajarkan sebelumnya, begitu seterusnya. Seakan-akan ilmu hanyalah selaku suatu warisan yang diwariskan dari guru ke guru lain. Ini tidak sepenuhnya salah dan memang benar ilmu pengetahuan telah semestinya diajarkan dan diwariskan ke anak cucu kita. Akan namun tujuan ilmu bantu-membantu bukan hanya sekedar untuk diketahui, diingat dan diajarkan, akan namun juga diimplementasikan. Ilmu di Indonesia sudah banyak tetapi miskin implementasi. Ilmu masih berbentukbuku yang diajarkan dan disebarkan. Itu menciptakan kita didekte oleh ilmu yang sejatinya ialah ciptaan negara Barat dan senantiasa stagnan tanpa ada pergantian. Sehingga teknologi kita masih ialah hasil karya negara lain. Di Negara barat ilmu dimanfaatkan betul untuk memudahkan kehidupan sehari-hari dan memecahkan berbagai duduk perkara global. Selain menyebarkan ilmu, mereka juga menciptakan ilmu gres. Ilmu selalu dikembangkan dari periode ke abad sehingga terus berkembang. Bahkan di Amerika Serikat telah bukan waktunya lagi mengurusi negaranya sendiri, mereka telah terlibat dalam penelusuran asal mula manusia dengan menelusuri planet lain dan bahkan bermaksud akan hidup di planet Mars. Anda masih ingat dengan gunung emas Jaya Wijaya yang sukses direbut bangsa ajaib sampai kini? Itu ialah salah satu bukti lemahnya implementasi ilmu di Indonesia. Negara lain yang memandang gunung tersebut sungguh berharga, sedangkan kita malah menganggapnya selaku gunung terpencil di Papua, kita tidak tahu apa-apa perihal gunung tersebut, tetapi berbeda halnya dengan PT Freeeport mereka tahu semuanya tentang gunung emas tersebut. Misalnya sekalipun kita tidak mengijinkan Amerika Serikat mendirikan tambang emas di gunung tersebut mungkin gunung tersebut masih terbengkalai karena kita sendiri tidak tahu cara mengolahnya. 4. Belum Punya Produk Mendunia Negara yang maju mempunyai produk yang bermutu sangat baik sehingga tidak cuma dipasarkan dalam negeri tetapi juga di seluruh dunia. Kebanyakan produknya berkaitan dengan produk manufaktur raksasa yang memiliki arti untuk mendirikannya diharapkan daerah yang luas dan teknologi yang canggih. Melalui produk ini para pendiri perusahaan tidak cuma menguntungkan dirinya sendiri, namun menguntungkan Negara yang ditempatinya. Keuntungan yang ditemukan negara antara lain: Mendapatkan dana berbentukpajak dari perusahaan tersebut, membuka lapangan pekerjaan, menambah devisa negara. Dengan kian banyaknya uang dari luar yang mengalir ke dalam negeri, maka semakin banyak pula uang yang dicetak, dan duit tersebut mampu memperkuat nilai mata uang. Perusahaan raksasa ini contohnya mirip Microsoft, Sony, Samsung, Apple, Honda, Toyota, Boeing, dan masih banyak lagi. Karena perusahaan tersebut produksinya berukuran besar maka karyawan dan tenaga mahir yang dibutuhkan juga akan besar, ini akan menghemat jumlah pengangguran di sebuah negara. Perusahaan yang besar tidak bisa lepas dari yang namanya teknologi, melalui teknologi mereka bisa menciptakan barang berguna jual tinggi namun dengan biaya yang efisien. Perusahaan mirip Microsoft, Apple dan Samsung selalu melaksanakan penemuan tanpa henti. Setiap produk gres yang diluncurkan akan memiliki fitur gres yang mutakhir yang mungkin belum pernah ada sebelumnya. Mereka tidak hanya menjual alat untuk komunikasi, kirim pesan, internet, dll tetapi juga memasarkan teknologi pemindai wajah yang super canggih seperti yang dijalankan Apple. Perusahaan raksasa jika telah mapan dan besar, akan bisa menyebar ke negara lain dengan membuka cabang gres. Mereka dapat mendirikan pabrik gres bersahabat dengan konsumen di negara yang ditarget, sehingga biaya produksinya akan lebih murah. 5. Egois Ini yang mungkin sering kita jumpai di penduduk . Indonesia memang terkenal ramah, baik, suka bersosialisasi, rukun, dan saling bergotong royong. Namun penduduk masih saja memiliki persepsi hidup “sendiri”. Kekayaan untuk diri sendiri dan keluarga sendiri, pengetahuan untuk sendiri, kesanggupan dan kecerdasan digunakan untuk mencari duit dan menghidupi diri sendiri, seluruhnya didedikasikan untuk diri sendiri, keluarga sendiri, orang renta sendiri, seluruhnya sendiri. Memang benar, tidak ada salahnya untuk berpikiran seperti itu, alasannya adalah memang begitulah sifat insan, rakus, egois dan ingin semuanya jadi miliknya sendiri. Namun tahukah Anda bila Negara lain mempunyai persepsi yang berlawanan wacana hal ini. Kalau di Indonesia kehidupan dimulai dari kecil sekolah, hingga remaja melakukan pekerjaan , kemudian menikah, membangun rumah, berkeluarga, itu telah dinamakan kehidupan yang lengkap, tanpa meperdulikan nasib negara, nasib masyarakat Indonesia, nasib hutan Indonesia yang terus ditebangi, nasib masyarakat miskin yang semakin meningkat, nasib negara Indonesia yang dari dulu sampai sekarang masih belum mampu membuat mobil sendiri. Sekali memiliki pekerjaan, berkeluarga, punya anak maka kehidupan sudah lengkap, yang dilakukan selanjutnya hanyalah terus menafkahi keluarga hingga maut menjemput. Berbeda halnya di negara lain seperti Jerman. Mereka berpikir perihal hal besar mirip bagaiman cara memajukan negaranya, seperti membangun teknologi daur ulang aspal menjadi jalan raya gres, teknologi pengolahan sampah yang efisien, teknologi penanaman bibit padi dengan mesin otomatis dll. Sebagian besar orangnya berpandangan jauh ke depan, menimbang-nimbang periode depan negaranya. Alhasil, negara itu menjadi Negara maju yang kuat, teknologinya sungguh mumpuni, dan perekonomiannya juga sungguh bagus. Jika mereka cinta pada negaranya, maka mereka akan cinta sungguhan, bukan hanya ucapan semata. Mereka akan berusaha sekuat tenaga biar negaranya bisa dipandang andal oleh negara lain, menjadi negara yang terdepan dalam segala hal, menjadi yang paling kaya dalam sumber daya, dan menjadi yang paling canggih dalam teknologi. Para penduduknya sudah sadar bahwa untuk merealisasikan semua itu mereka tidak hanya perlu membangun keluarga, mereka akan berpikir lebih luas lagi, yaitu membangun negara. Sudah ada praktek faktual yang mereka kerjakan untuk merealisasikan semua ini, diantaranya mirip pemberantasan korupsi besar-besaran, pembangunan kemudahan lazim yang sangat bagus, pemanfaatan teknologi yang mereka buat sendiri untuk mempermudah kehidupan, menciptakan teknologi untuk abad depan yang lebih baik lagi, dan masih banyak lagi. Catatan: Semua penjelasan di atas ialah usulan langsung penulis berdasarkan pengalaman yang penulis alami. Penulis tidak bermaksud untuk mencibir negara sendiri, namun ingin memberikan nasehat dengan membeberkan kekurangan yang negara kita miliki agar bisa memperbaiki diri dan menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Sumber https://sarankeuangan.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)