Jumat, 31 Januari 2020

Menguak Sejarah Berdirinya Mayora, Produsen Permen Kopi Paling Besar Di Dunia

PT Mayora Indah Tbk, atau cuma disebut Mayora, adalah perusahaan kuliner dan minuman Indonesia yang didirikan pada 17 Februari 1977. Perusahaan ini diakui sebagai produsen permen kopi terbesar di dunia melalui merek Kopiko. Perusahaan ini sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) sejak 4 Juli 1990. PT Unita Branindo memegang 32,93% saham. Sejarah Sejarah Mayora berasal dari tahun 1948, ketika keluarga imigran Cina ke Indonesia mulai membuat biskuit di dapur rumah mereka, dengan Marie Biskuit sebagai produk pertama mereka. Pada 1976, keluarga itu pindah ke Kampung Bali di Jakarta dan mulai menjual biskuit merek Roma. Mayora secara resmi didirikan pada tahun 1977, membuka pabrik pertamanya di Tangerang, sebelah barat ibukota Indonesia, Jakarta. Baca Juga:  Menguak Sejarah Berdirinya Panasonic, Perusahaan Elektronik Populer dari Jepang Kopiko, permen rasa kopi, diluncurkan pada tahun 1982. Perusahaan ini go public pada tahun 1990 dan memperluas kehadirannya ke negara-negara Asia lainnya. Pada November 2017, makanan ringan Mayora Kopiko difoto di Stasiun Luar Angkasa Internasional selaku bab dari makan malam Thanksgiving yang diadakan oleh para astronot. Pada tahun 2019, pendiri dan kepala Mayora Jogi Hendra Atmadja didaftarkan oleh Forbes selaku orang terkaya ke-10 di Indonesia, dengan kekayaan $ 3 miliar. Produk Mayora Group menciptakan beberapa lini produk, diantaranya: Biskuit: Roma Lebih Baik, Roma Slai Olai, Roma Catur Kress, Roma Kopi Joy, Roma Malkist Crackers, Roma Malkist Abon, Roma Sari Gandum Sandwich, Roma Cream Crackers, Roma Biskuit Kelapa, Roma Marie Susu, Malkist Chocolate Permen: Kopiko, Kis, Fres, Plonk, Tamarin, Juizy Milk Wafer: Astor, Beng-Beng, Beng-Beng Max, Roma Zuper Keju (Keju Cal), Superstar Cokelat: Choki-Choki, Danisa Sereal: Energen Kopi: Kopi Coklat Kopiko, Kopiko Blanca, Moka Kopiko Putih, Torabika Duo, Torabika Oke, Torabika 3 in 1, Torabika Jahe Susu, Torabika Cappuccino, Tora Moka, Tora Susu, Kopiko Hitam, Kopiko Cappuccino, Kopiko LA (asam rendah), Piala Ganda Kopiko, Tora Cafe Pulp: Super Bubur Mie Instan: Migelas Minuman: Kopiko 78 ° C, Teh Pucuk Harum, Q Guava, Kopiko Iced Blanca, Kopiko Iced Black, Kopiko Iced Brown, Le Minerale Baca Juga:  Menguak Sejarah Berdirinya Bank Jatim, Bank Populer di Kalangan Pegawai Negeri Kontroversi Kasus Bankir Trust Selama krisis keuangan Asia 1997-98, ketika nilai rupiah Indonesia anjlok, Mayora gagal mengeluarkan uang kewajiban pembayaran kepada Bankir Trust International. BTI sudah menjual persetujuan jual beli derivatif kepada Mayora di bawah Perjanjian Induk Swap dan Derivatif Asosiasi Internasional (Perjanjian ISDA), yang memuat klausul arbitrase. Tidak mau membayar kewajibannya, Mayora menuntut BTI di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dengan alasan bahwa kesepakatanitu seperti dengan perjudian dan oleh karena itu melanggar aturan Indonesia. BTI membawa masalah ini ke Pengadilan London untuk Arbitrase Internasional (LCIA), yang menetapkan mendukung BTI, tetapi Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menetapkan mendukung Mayora. BTI mengajukan banding dan Mahkamah Agung Indonesia menguatkan putusan pada tahun 2000 dan sekali lagi pada tahun 2003, meninggalkan BTI tanpa dukungan aturan lebih lanjut. Permen Gratis untuk Ibu Hamil Menurut penulis buku Martin Lindstrom Brandwashed: Trik yang Digunakan Perusahaan Untuk Memanipulasi Pikiran Kita Dan Membujuk Kita Untuk Membeli, dokter di Filipina diberi permen Kopiko untuk dibagikan terhadap ibu hamil, dan perusahaan lalu memperkenalkan produk kopi yang rasanya mirip permen dan menjadi populer di kelompok bawah umur. Baca Juga:  Sejarah Berdirinya Bank BRI, Bank Paling Merakyat di Indonesia Sengketa Pabrik Air Mineral Pada tahun 2014, penduduk Kabupaten Pandeglang di provinsi Banten Indonesia mulai melaksanakan protes dengan tujuan mengusir PT Tirta Fresindo Jaya, anak perusahaan dari Mayora Group, yang bermaksud untuk membangun pabrik air botolan Le Minerale di Kecamatan Cadasari yang mau mengambil air tanah dari mata air alami. di daerah. Warga berpendapat bahwa mereka memerlukan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan irigasi. Protes memuncak pada Februari 2017, ketika lokasi pabrik diserang, menangguhkan kegiatan konstruksi. Para pengunjuk rasa menyampaikan aspirasi mereka telah diabaikan oleh pejabat lokal dan politisi. Menanggapi protes awal, Bupati Pandeglang Erwin Kurtubi pada November 2014 mengeluarkan surat kepada presiden eksekutif PT Tirta Fresindo Jaya untuk "menghentikan kegiatan investasi", namun surat itu tidak mempunyai kekuatan hukum dan aktivitas perusahaan berlanjut. Setelah Fresindo mengebor dan menguji air tanah pada awal 2016, penduduk lokal mengeluh bahwa reservoir air mereka berkurang dan irigasi pertanian terusik. Warga setempat juga mengklaim bahwa surat kesepakatan komunitas untuk pabrik tersebut berisi tanda tangan imitasi. Warga yang namanya dikumpulkan untuk ditandatangani masing-masing dilaporkan dibayar tunai Rp1 juta, dikurangi Rp200.000 per orang untuk perantara. Juru bicara Mayora Sribugo Suratmo menyampaikan kekalutan masyarakat tidak masuk nalar alasannya pabrik telah mendapatkan semua izin yang diperlukan dari pemerintah kawasan dan tidak akan mengusik sumur permukaan. Perusahaan juga berpendapat pabrik akan menguntungkan ekonomi setempat dan menarik investasi lebih lanjut. Anak-anak Sekolah Overdosis Kafein Pada bulan September 2016, 34 siswa sekolah di Concord Technical Institute di Cebu, Filipina, dirawat sebentar di rumah sakit karena overdosis kafein setelah mereka mengonsumsi sampel gratis minuman botol Kopiko 78C yang ditawarkan terhadap mereka. Dokter menyampaikan anak-anak di atas 12 tahun cuma boleh mengonsumsi hingga 70 miligram kafein saban hari, sedangkan setiap botol Kopiko 78C mengandung 150 miligram kafein. Referensi: https://en.wikipedia.org/wiki/Mayora_Indah
Sumber https://sarankeuangan.blogspot.com


EmoticonEmoticon