Selasa, 10 Maret 2020

Menikah Atau Tidak

Hallo, Topik ini telah ada dibenak gue dari beberapa tahun yang lalu, tapi selalu malas untuk nulis didalam blog alasannya adalah gue rasa ini gak berguna sama sekali. Tapi selesai-tamat ini mulai menggangggu gue lagi, dan gue merasa gue butuh wadah untuk menuangkan apa yang ada di dalam benak gue. Gue ingin "didengarka n" tanpa harus bicara panjang lebar, gue tidak butuh disalahkan pun dibenarkan dengan opini-opini gue ini. Menikah. Satu kata kerja penuh makna. Kenapa gue mampu bilang sarat makna hiadalah karena kata menikah mampu diartikan menjadi suatu kebahagiaan, kesedihan, kriteria, "menghakimi", stigma, dan kata-kata lain yang sama artinya dengan "Anggapan" (?). Mungkin bagi sebagian orang akan mengerti dengan maksud gue, dan sebagian lagi tidak mengerti dan yang lain bodo amat, lol Gue yakin intinya menikah akan menjinjing kebahagiaan, keberkahan, rizki dan hal-hal baik yang lain selama dimulai dengan hal baik juga. Menikah mampu menyempurnakan agama kita yang terisi hanya separoh saja, berdasarkan penelusuran gue sih begitu ( correct me if i am wrong ).  Menikah mampu menjadi suatu kesedihan bagi beberapa orang, bisa jadi karena masalah-masalah yang ada dalam rumah tangga, tingkat ke tidak cocokan yang gak mampu di cocokan, ikut campurnya orang lain dalam problem rumah tangga, dan semua-semua duduk perkara yang mereka gak mampu bendung untuk terselesaikan. Gue hidup di tengah masyarakat yang didominasi kaum sudah menikah, alasannya gue bukan usia belasan tahun lagi. is a marriage based on the age? absolutly ENGGAK. Di usia gue SMP, pernah sahabat satu kelas gue menikah diusia 13 atau 14 tahun. Di periode gue Sekolah Menengan Atas, beberapa sahabat SMP gue menikah juga diusia mereka 15 atau 16 tahun. Setamat gue Sekolah Menengan Atas, persis sesudah kelulusan Sekolah Menengan Atas, teman gue juga ada yang menikah di usia 18 atau 19 tahun. Jaman kuliah pun begitu. Tetangga gue mneikah diusia 40 tahunan. Ada orang yang berminat untuk menikah diusia tertentu. Kemudian parameter selanjutnya, berpacaran atau tidak. Punya pacar atau enggak gak menjamin seseorang untuk menikah. Ada orang yang berpacaran usang, akibatnya menikah dengan pacarnya, ada juga  yang berpacaran beberapa tahun akibatnya menikah dengan orang lain, ada yang tak memiliki pacar, berkenalan dengan orang baru akhirnya menikah, ada yang tidak punya pacar , tidak pernah berjumpa hasilnya menikah, dan ada yang punya pacar dan tak memiliki pacar yang belum menikah- menikah hingga kini.lol Next, punya rupa yang menawan atau tidak. Ada yang bermuka mempesona dan menikah, ada yang berwajah pas-pasan dan menikah, ada yang berparas menawan atau bermuka pas-pasan yang tidak menikah. Dan ada juga yang bermuka pas-pasan yang selingkuh #EHhh.. #Hahaha Kaya dan Miskin serta Si pas-pasan. Si Kaya ada yang menikah, Si miskin ada yang menikah si pas-pasan pun ada yang menikah. Si kaya , si miskin dan si pas-pasan pun ada yang tidak menikah. Begitu banyak parameter yang mampu diambil premis-premisnya, tapi berdasarkan gue Marriage is about a destiny . Lantas, dengan cuma menanti takdir, kamu akan menikah ? ENGGAK juga, takdir pun mesti diimbangi dengan perjuangan. Kemudian, orang yang tidak menikah tidak mempunyai usaha? EGGAK juga, alasannya adalah sekeras apapun perjuangan seseorang, senantiasa pelabuhannya adalah takdir.  Kapan "menikah" mampu menjadi suatu stigma, anggapan, dan "judging" ? Gue rasa menikah bisa menjadi sebuah judging, it is when they don't know "the whole" we are (dikala mereka tidak memedulikan kita secara utuh). Sometimes, people just know a very tiny part of our story, and act like they know the whole of us, and then they tell to anyone else about us without re-check the true of the story and make it as a drama as it possiible . Dan orang seperti itu sangat baaaaaanyak di dunia gue.  Selain ditengah orang-orang yang telah menikah, gue juga dikelilingi oleh orang-orang yang belum menikah, dengan kisah yang berbeda-beda. Ada yang berusia tidak belasan lagi namun belum menikah, ada yang memiliki pacar namun tidak menikah, ada yang bermuka menawan tidak menikah, and all the struggle that they have . Ada beberapa orang yang sudah sungguh berupaya untuk menikah namun masih belum ditakdirkan untuk menikah.  Menikah yaitu baik dan tidak menikah belum pasti tidak baik.  Kita gak pernah tahu perjuangan apa saja yang sudah mereka upayakan, we never know how hard their effort to find that the other half. Stop judging, just focus on ourself , sebab tiap orang punya ceritanya masing-masing, biarkan mereka menjalani bagian dongeng mereka tanpa mesti membandingkan satu dongeng dengan cerita yang lainnya. Cerita-dongeng itu bakalan punya ending nya sendiri, let God to do God's job, dan cukup percaya bahwa rencana Tuhan itu indah. God is the best writter in this universe. Didunia ini tugas kita yakni mencari pahala sebanyak mungkin. Salah satu caranya yaitu dengan bersabar, contohnya bersabar dalam Pernikahan atau bersabar menunggu ijab kabul, selama tidak berbuat dosa, just live your life.
Sumber https://gaeguristory.blogspot.com


EmoticonEmoticon