Pemandangan pagi di Danau Maninjau Danau Maninjau yaitu salah satu danau yang terdapat di Sumatera Barat. Beralamat di Kecamatan Tanjung raya, Kabupaten Agam. Danau ini populer alasannya adalah keindahan alamnya dan juga terkenal dengan hasil danau yang mampu di olah menjadi aneka macam macam masakan. Menurut Wikipedia, Danau Maninjau merupakan danau vulkanik yang berada di ketinggian 451,60 meter di atas permukaan laut. Danau Maninjau merupakan suatu kaldera dari letusan besar gunung api yang menghamburkan kurang lebih 220-250 km 3 material piroklastik. Kaldera tersebut terbentuk alasannya letusan gunung api strato komposit yang berkembang di zona tektonik tata cara Sesar Besar Sumatra yang bernama gunung Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini mampu terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang ibarat mirip dinding. Kaldera Maninjau (34,5 km x 12 km) ditempati oleh suatu danau yang berukuran 8 km x 16,5 km (132 km 2 ). Bahasa di blog ini mampu menggunakan bahasa jurnalistik, kan?. Haha..dan ternyata untuk bikin kalimat yang baku dan gak se-lezat hati itu ribet yak?. Gue gak mau bahas Danau Maninjau in general sejujurnya, karena I don’t believe that I ever came to Danau Maninjau before yang pure untuk piknik di daerah wisatanya, mungkin dulu pernah pas jaman gue masih terlalu kecil untuk mengenal kata cinta dari orang lain, huuekk, haha. That’s mean , sudah gak bisa gue ceritakan. kan ya? Disekitaran danau maninjau, aneka macam menawarkan kawasan penginapan semacam hotel, wisma ataupun homestay . Salah satunya adalah Hotel Maninjau Indah. Beralamatkan di Jalan Telaga Biru No. 1, Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Untuk alamat hotel ini sungguh mudah untuk menemukannya di berbagai platform alasannya Hotel ini merupakan salah satu hotel yang cukup populer di daerah Maninjau. Dari Payakumbuh, kami berangkat siang hari sebab memang bertujuan hanya untuk bermalam dimalam harinya sehingga terasa fit keesokan harinya, alasannya kami akan menjelajahi sebagian kabupaten agam. Kami juga perlu melewati daerah Bukittinggi lalu jalan-jalan yang di-guide-in oleh google maps, sorry , gue ketiduran, hahaha. Sampai risikonya kami melewati Kelok 44, salah satu jalan yang juga populer di Sumatera Barat. Dinamakan Kelok 44 dikarenakan, jumlah belokan tajam yang ada dijalan tersebut berjumlah 44 buah. Disepanjang jalan ada plang-plang penanda kelok-kelok yang sudah di lalui. Jika melewati bukittinggi, chingudeul bakalan berjumpa di kelok ke-44 terlebih dahulu sampai hasilnya sampai ke kelok ke-1. Dan dari bukittinggi itu akan terasa mirip menuruni jalan yang begitu panjang. Terdapat cara unik dijalan ini. Bagi mereka-mereka yang memakai jalan ini dari kelok ke-1, yang artinya mereka mesti nanjak, setiap kelok yang hendak di lalui mereka mesti memakai klakson kendaraan mereka, menerangkan “ada orang yang bakal melalui”, dan pengguna jalan di kelok ke-1 mesti diutamakan dan pengguna jalan di kelok ke-44 harus bersabar. Mungkin nanjak lebih sukar daripada menurun. ( how difficult to write this paragraph, gue tau gue mau nulis apa namun gue bingung menterjemahkannya kedalam bahasa yang bisa dipahami oleh orang lain. Teman-sobat mampu paham apa enggak, I do not care , alasannya adalah I’ve trying to make you understand, sorry , gue egois). Si pemoto yang suka di Photo Sesampainya dihotel, kita bisa pribadi mengenal ke khasan dari sumatera barat alasannya bangunan ini mempunyai atap khas Minangkabau, guess what is it name ?, namanya “gonjong”. Bangunan ini sedikit terlihat mirip bangunan tua, in my opinion . Gue pesan kamar yang dekat dengan kolam renang, dan selain view kolam renang, gue juga menerima view Danau Maninjau. Di dalam kamar hotel, gue menerima fasilitas seperti AC, TV, shower yang ada air panasnya lol, hahaha dan mungkin itu aja, wifi? Gue gak nge- check . Di tempat hotel ini juga terdapat suatu resto yang bisa dicicipi juga oleh orang-orang selain penghuni hotel, namanya Palanta Abo. Kita mampu memesan banyak sekali macam sajian kuliner disini, salah satu sajian yang gue pesan yaitu samosa dan milkshake strawberry yang kami nikmati ber-tiga. Untuk harganya sendiri, berdasarkan gue yang biasa beli gorengan seribuan, ini lumayan pricey . Tapi untuk chingudeul yang pengen menikmati sensasi makan dihotel, resto ini mampu di coba. Sore Hari di Danau Maninjau 4 waktu yang mampu gue nikmati di hotel ini, mulai dari sore, malam, pagi dan siang hari. Dan favourite gue ialah pagi hari. Langit sangat indah ketika pagi hari, gue bisa lihat beberapa gradient warna langit yang fantastis. Gue juga bangun pagi demi untuk menikmati pagi yang indah ini. But honestly , gue gak mampu tidur alasannya basically gue gak bisa tidur ditempat baru, bukan bermaksud menjadi anak manja, Cuma I just can’t . Siang hari di daerah ini juga gak kalah indahnya, bila beruntung chingudeul bakal disajikan sama panorama langit dan danau yang saling menunjukkan kemegahannya masing-masing. Betapa indahnya danau, langit, dan awan-awan kecil yang bergelantungan di antara langit dan juga danau. terakhir adalah panorama sore ke malam hari. Tapi sayangnya untuk malam hari, gue gak sempat mengambil gambar, alasannya adalah gelap banget, karena di sekitaran danau dari tengah ke ujung memang tidak ada penerangan sama sekali. Pemandangan sore ke malam di Palanta Abo Menunggu dan Ditunggu adalah sama-sama sebuah pilihan. Tidak ada salah dan benar. Sama-sama butuh keteguhan dan perjuangan. Kamu tim "Menunggu" atau " Ditunggu" ? Sumber https://gaeguristory.blogspot.com
Rabu, 11 Maret 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon