Annyeong sobat-sahabat rebahan yang lagi merdeka.. Sekarang ini, kaum rebahan dianggap selaku penyelamat bangsa. Hal ini disebabkan alasannya adalah mewabahnya suatu virus yang baru ditemukan. Awal awalnya virus ini didapatkan tahun 2019 kemudian di kawasan Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus ini bisa menyerang manusia dan hewan. Pada manusia, virus ini menyerang akses pernafasan, mulai dari flu biasa sampai ke penyakit yang lain seperti MERS dan SARS. Virus ini dinamakan virus Corona. Dikarenakan virus ini baru di temukan pada tahun 2019, maka virus ini dinamai Corona Virus Disease 19 atau yang lebih diketahui dengan Covid-19 (virus ini bukan dibawah naungan Dewa-19 yak, ). Penyebaran virus ini tergolong sangat cepat yang mampu di tularkan dari manusia ke insan yang lain. Misalnya kalau ada seseorang yang positif Covid-19 mengalami batuk atau bersin disebuah kerumunan, bisa saja molekul batuk atau bersin tersebut mengandung virus yang kemudian terjadi perpindahan molekul tersebut ke orang lain, orang lain tersebut bisa tertular virus ini (correct me if i am wrong, gue bukan ahlinya, tapi pengen sharing pemahaman gue tentang virus ini). Untuk memutus rantai penularan yang sungguh cepat ini, pemerintah dan para dokter gak bosan-bosannya meneriakkan jargon mereka “#dirumahaja”. Orang-orang yang sehat dan belum tertular ini dihimbau untuk tidak membuat kerumuman, tidak membuat hiruk pikuk, mempertahankan jarak kondusif dan yang terpenting yakni #dirumahaja. Tapi rakyat indonesia, apakah semudah itu untuk tetap tinggal dirumahnya? Tagar dirumahaja memang menjadi moment paling merdeka bagi mereka-mereka yang sudah umummenghabiskan waktunya dirumah atau bagi mereka-mereka yang mager dan mereka-mereka kaum rebahan. Tapi bagi sebagian orang, sukar untuk bisa #dirumahaja, faktor pekerjaan mungkin, ada kewajiban bagi mereka supaya tidak #dirumahaja, banyak contohnya. Dan sebagian lagi, mereka yang tidak mampu #dirumahaja adalah mereka-mereka yang tidak terlalu aware dan tidak mempunyai pemahaman perihal bahaya penularan Covid-19 ini. Gejala awal yang ditimbulkan dari Covid-19 ini antaranya batuk, demam, dan susah bernafas dan sebagian dari mereka yang terjangkit virus, tidak menunjukkan gejala apa-apa. Ini sangat berbahaya karena mereka seakan-akan baik-baik saja tetapi ternyata membawa virus yang bisa menularkannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, pemerintah dan tenaga medis lantang menyuarakan #dirumahaja, sebab kita gak pernah tau, kita menjinjing virus atau enggak, alasannya adalah semua dari kita belum dilakukan investigasi konkret Covid-19 atau nagatif. Kalau kita mempunyai imunitas yang baik, bisa jadi kalau terjangkit virus, kita tidak mencicipi apa-apa, tetapi tetap virus yang ada tersebut bisa ditularkan kepada orang lain. Di Indonesia, DKI Jakarta menjadi kawasan paling banyak aktual Covid-19. Hampir semua provinsi di Indonesia memiliki pasien kasatmata Covid-19, tak terkecuali Sumatera Barat. Di Sumatera barat sendiri, per tanggal 30 Maret 2020, telah 8 orang aktual terjangkit Covid-19, 1 orang diantaranya meninggal. Sebagai upaya pencegahan penularan covid-19 ini, perintah telah meliburkan guru dan para siswanya, sebagian perkantoran menjalankan “Work From Home (WFH)”. Pemerintah bukan semata-mata meliburkan mereka, namun bekerja dari rumah dan berguru dari rumah. Di kawasan gue sendiri, siswa-siswa diberikan tugas-tugas dan adanya beberapa yang melakukan kelas online. Di Payakumbuh sendiri, telah melaksanakan pembatasan wilayah. Mereka yang akan masuk ke Payakumbuh, apalagi dulu disemprot dengan desinfektan, sudah dilaksanakan penyemprotan desinfektan ditempat-daerah biasa , lalu juga melaksanakan pembubaran bila masih ada kerumunan. Pasien Covid-19 sendiri dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama, ODP (Orang dalam pemantauan), orang-orang ini ialah orang-orang yang berasal dari kawasan “terserang”, belum pertanda tanda-tanda, atau pernah berinteraksi dengan si konkret Covd-19. Kedua, PDP (pasien dalam pengawasan), adalah orang yang bergejala demam, batuk dan pernah kontak dengan pasien Covid atau datang dari tempat “terjangkit” Covid-19, namun paru-paru masih aman dan mereka masih menunggu hasil pengecekan Covid-19. Sejak Covid-19 masuk ke wilayah Sumatera Barat, sebagian kawasan telah mulai sepi, Payakumbuh contohnya. Ini adalah jalanan di kota Payakumbuh sekitar pukul 3 sorean, biasanya setiap hari minggu jalanan ini sungguh ramai, dipenuhi orang-orang yang bepergian, sejak adanya Covid-19, jalanan serasa milik emak lo, jikalau mau sen kiri belok kanan masih aman. Hahaha tempat-kawasan perbelanjaan juga sepi. beberapa orang tampakberbelanja materi-materi kuliner. semacam panic buying, enggak juga. mereka hanya berbelanja beberapa snack dan bahan kuliner, sebagai amunisi bagi kaum rebahan kebanyakan. haha Semingguan lebih gue udah gak pernah beraktifitas diluar rumah kecuali untuk kebutuhan yang mengharuskan gue keluar, misalnya beli bahan masakan. Gue sudah work from home. Pada dasarnya pekerjaan gue yakni pekerjaan lapangan yang mewajibkan untuk bersosialisasi dengan masyarakat, lalu menuntaskan manajemen-administrasi dari rumah, sebab sistem kami sudah support pekerjaan #dirumahaja. Tapi sejak adanya Covid-19 itu, sosialisasi ditunda sebab tiap kali gue sosialisasi, gue melibatkan banyak orang dan membuat kerumuman dan keramaian, jelas hal yang dihentikan untuk dilaksanakan. Gue gak punya kantor resmi yang mewajibkan gue tiba 8 jam perhari, selama ini gue nyari kerjaan aja untuk self development (bahasa gue, walaupun ditempat yang rame gue bakalan sibuk sama diri sendiri. Sejak Covid-19, gue seolah-olah malu untuk keluar rumah dan nyari aktivitas di luar rumah. Jadi, gue, seolah-olah balik kayak pengangguran dahulu (sad). Gue harus keluar rumah untuk membeli keperluan materi makanan, pake masker, alasannya sedikit batuk karena minum air es yang tidak mengecewakan sering karena payakumbuh lagi Hareudang sekali. Pake masker itu buat yang sakit dan untuk yang riskan. Oke. Btw, difoto ini gue senyum atau enggak? Selama #dirumahaja, gue menghabiskan waktu untuk nonton youtube, nonton drama korea, crafting, masak dan lebih menyempatkan waktu untuk nulis blog, ilham-inspirasi inovatif sedikit meningkat semenjak gue gak kemana-mana. Banyak hal positif yang mampu dilakuin #dirumahaja, #dirumahaja bukan memiliki arti kita gak ngapa-ngapain. Gue percaya gue punya cukup imun yang cantik untuk ngelawanan virus jika gue terjangkit virus ini. Gue percaya imun gue lebih besar lengan berkuasa buat defense sama virus karena gue masih muda, dan gue sehat. Tapi gue tetap menentukan untuk #dirumahaja untuk melindungi orang-orang yang mungkin imunnya gak sebagus gue. Suntuk dan bosan niscaya, hold on a little more, supaya virus ini secepatnya putus penularannya, gak ada yang menularkan dan tertular lagi, supaya bisa beraktifitas mirip lazimnya . Gak kemana-mana itu sumpah sangat jenuh. Bagi gue anak rumahan aja, bosannya sangat memuncak terlebih bagi orang-orang yang mobilitasnya sungguh tinggi. Jujur gue kangen ngopi, ngobrol receh, ngobrolin hal gak penting hingga penting banget, kangen ngegosip, kangen gerahnya ruangan yang sangat sempit dengan bermacam-macam sifat orang didalamnya. Sejak gue punya temen “nongkrong”, gue lebih banyak menghabiskan waktu bareng mereka diluar rumah, sejak Covid-19 menyerang, gue kesepian, gak pernah ketemu mereka lagi, gue pernah lebih lama dari ini gak berinteraksi bareng mereka, tapi kali ini, ada keharusan yang membuat lo gak mampu ketemu sama orang-orang yang umumnya lo interacted with, berasa lagi dipenjara gak sih? Ternyata gue bisa kangen juga sama situasi bareng mereka di pekerjaan ini, honestly, i am not “into” this job, i wanna quit actually but i need “this”. setidaknya, dipekerjaan ini gue “menggembangkan diri”. Mungkin, alasan gue bertahan dan menganggap ini membahagiakan ialah mereka. Walaupun gue gak setiap ketika bareng mereka full time, at least, bukan dalam suasana “terpenjara” mirip kini. Other than that, bantu pemerintah yok dengan #dirumahaja, jikalau gak penting-penting amat jangan keluar rumah. Walaupun #dirumahaja, setidaknya gue tetap bisa mengedukasi orang-orang sekitar, tetangga dan keluarga. Kalau punya gejala, isolasi dirumah dulu, jikalau kondisi sedikit lebih parah, hubungi tim medis, jangan keluar rumah pada dasarnya, tim medis bakalan nyamperin kalian. Untuk mengedukasi orang banyak, gue rasa gue bukan orang yang berkompeten untuk melaksanakan itu (perhaps) Sumber https://gaeguristory.blogspot.com
Kamis, 19 Maret 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon